Liputan6.com, Dhaka - Setiap hari selama Ramadan, jelang petang, ratusan umat Islam -- pria, wanita, dan anak-anak -- antre di depan sebuah biara Buddha di Dhaka, Banglades. Mereka datang untuk mendapatkan hidangan berbuaka puasa.
Sudah enam tahun belakangan biara Dharmarajika menyediakan hidangan buka puasa untuk saudara sebangsa yang beragama Islam -- terutama dari kalangan tak berpunya.
Apa yang dilakukan pada biksu menjadi bukti masih ada toleransi dan harmoni antarumat beragama, di negara yang menjadi lokasi rentetan serangan mematikan terhadap kelompok minoritas dan aktivis sekuler.
Baca Juga
Advertisement
"Kemanusiaan adalah tujuan sejati manusia," itu yang diyakini pemimpin biara sekaligus penggagas ide tersebut, Shuddhanando Mohathero, seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (25/6/2016).
Abul Basahr, seorang penjaga toko, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa biara Buddha tersebut dikenal aktif melakukan kegiatan sosial.
"Hal terbaik yang mereka lakukan adalah mendistribusikan makanan buka puasa bagi muslim yang tak berpunya," kata dia.
Seorang biksu, Karuna Bhikkhu mengisahkan, biara yang didirikan pada 1951 di area Basabo Dhaka tersebut ingin ambil bagian menciptakan harmoni dalam masyarakat.
Pihak biara juga berupaya menjalin hubungan baik dengan komunitas muslim -- yang mencakup 90 persen warga Bangladesh. Sementara penganut agama Buddha hanya kurang dari 1 persen dari keseluruhan populasi negara itu yang mencapai 160 juta.
Untuk menyiapkan hidangan berbuka, pihak biara dibantu sebagian orang dari kalangan muslim.
Salah satunya, Harun Miah, pemilik sebuah warung makan. Sudah lima tahun ia membantu menyiapkan hidangan iftar di biara.
Miah menceritakan, hidangan buka puasa biasanya terdiri atas irisan kentang, peyaju (tempura bawang), beguni (terung goreng tepung), chhola-boot (lentil), khejur (kurma), muri (nasi kembung), dan jilapi (manisan dari sirup gula).
Setidaknya 300 orang dari kalangan miskin mendapatkan hidangan buka puasa. Mereka biasanya antre sejak pukul 15.00 di luar biara.
Salah satunya adalah Sakhina. Perempuan itu tak punya uang untuk membeli hidangan buka puasa. Menurut dia, pembagian iftar dari biara adalah berkah.
"Di biara ini kami mendapatkan rasa hormat dan perhatian, yang seharusnya kami terima dari saudara seumat," kata dia.
Meski kekerasan berlatar agama kerap terjadi di Asia selatan, para biksu tak khawatir atas keselamatan mereka. Hubungan baik dengan umat muslim telah terjalin erat.
"Mengapa harus ada konflik? Kami semua sama-sama orang Bangladesh. Ini adalah tanah air kami. Dengan membantu sesama, kami bisa membuat negara ini lebih hebat," kata salah satu biksu, Buddhapriya Mahathero.