Petani Keroyokan Gelar Festival Lima Gunung di Merapi

Festival Lima Gunung bakal mementaskan beragam kesenian pada 21-24 Juli 2016.

oleh Liputan6 diperbarui 27 Jun 2016, 12:03 WIB
Gunung Merapi (Liputan6.com/ Reza Kuncoro)

Liputan6.com, Magelang - Sedikitnya 50 grup kesenian bakal ikut menggelar pementasan pada Festival Lima Gunung XV/2016 yang diselenggarakan secara mandiri oleh para seniman petani Komunitas Lima Gunung, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

"Berbagai kelompok kesenian yang ikut dalam festival kami tahun ini, selain oleh berbagai grup kesenian Komunitas Lima Gunung, juga dari berbagai kelompok lain di Magelang, dan juga mereka dari berbagai komunitas di kota-kota besar," kata Ketua Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Supadi Haryanto di Magelang, Minggu malam, 26 Juni 2016.

Festival Lima Gunung XV rencananya berlangsung di kawasan antara Gunung Merapi dan Merbabu di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang pada 21-24 Juli 2016. Sementara, acara pembukaan berlangsung di Candi Gunung Wukir, Dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang pada 19 Juli 2016.

Ia mengatakan berbagai kesenian yang bakal dipentaskan, antara lain tarian dan musik baik tradisional maupun kontemporer, performa dan instalasi seni berbahan alam, kirab budaya, peluncuran buku, pameran seni rupa, prosesi ritual, dan pidato kebudayaan.

"Berbagai persiapan panitia dan koordinasi dengan berbagai grup dari luar kota hingga saat ini terus kami lakukan," ujar Supadi usai rapat lanjutan persiapan kegiatan itu di salah satu rumah pegiat Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Menoreh) yang juga dalang, Sih Agung Prasetyo, di Desa Sudimoro, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang.

Ia mengatakan tema besar Festival Lima Gunung XV/2016 adalah Pala Kependhem. Tema itu secara harfiah menunjuk kepada kekuatan ketahanan pangan dari hasil pertanian yang sifatnya terpendam dalam tanah, antara lain singkong, ubi, talas, dan gembili.

Namun, ujar dia, secara simbolis, tema tersebut hendak menunjuk kepada kekayaan bumi Nusantara (Jawa), sebagaimana tertulis dalam Prasasti Canggal yang ditemukan di Candi Gunung Wukir tentang kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan ketenteraman Jawadwipa pada masa lampau.

Festival yang digelar komunitas seniman petani tersebut hingga saat ini dikenal luas dan bahkan hingga luar negeri, terutama karena bertumpu kepada kekuatan sanak keluarga dan semangat kemandirian.

"Tanpa proposal dan tanpa sponsor," kata Supadi yang juga seorang juragan sayuran di kawasan Gunung Andong, Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang itu.

Dinamika kehidupan komunitas selama ini dengan inspirator utama budayawan yang juga dikenal sebagai Presiden Komunitas Lima Gunung, Sutanto Mendut. Para petinggi komunitas menyebut penyelenggaraan festivalnya sebagai tidak berembuk duit.

Penyelenggaraan festival mereka selama ini selalu menjadi daya pikat kehadiran ribuan orang, termasuk para tokoh nasional, kalangan budayawan, rohaniwan, pemerhati seni, dan akademisi lintas disiplin ilmu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya