Imbas Keluarnya Inggris dari Uni Eropa Bagi Industri Otomotif

Inggris Raya akhinya resmi memisahkan diri dari Uni Eropa. Apa dampaknya bagi industri otomotif?

oleh Rio Apinino diperbarui 28 Jun 2016, 07:22 WIB
Warga Inggris yang menginginkan Brexit terjadi percaya bahwa jangkauan kekuasaan UE begitu besar hingga berdampak pada kedaulatan Inggris.

Liputan6.com, London - Inggris Raya akhinya resmi memisahkan diri dari Uni Eropa. Banyak analis memperkirakan dampak-dampak yang akan timbul. Lantas, bagaimana dengan industri otomotifnya? Adakah pengaruh yang signifikan?

Menurut analisis yang dilakukan oleh LMC Automotive, yang dilansir Automotive News, keluarnya Inggris ini diperkirakan membuat penjualan mobil baru menyusut hampir satu juta unit dalam tiga tahun ke depan.

Disebutkan, tahun ini penjualan mobil bisa turun hingga 120 ribu unit. Lebih dari itu, dalam dua tahun, penurunannya akan mencapai 400 ribu.

Saat masih ada di zona Uni Eropa, Inggris dapat mengirimkan komoditas, termasuk kendaraan, ke negara Eropa lain tanpa biaya tambahan. Setelah keluar, maka pabrikan harus mengeluarkan uang tambahan untuk ekspor.
Brexit, atau singkatan dari British Exit.

Tidak hanya mempengaruhi penjualan mobil, tapi juga investasi baru. Dalam hal ini, investor akan sangat mungkin menunda, atau bahkan membatalkan investasi karena ketidakpastian yang muncul.

Analisa lain datang dari Evercore ISI. Mereka memprediksi akan ada penurunan penghasilan sebesar 8 miliar pound sterling dalam tua tahun ke depan. Mereka menyebut merek Peugeot, Volkswagen (VW). dan Ford yang paling dirugikan.

Selain dari analis, komentar juga muncul dari kalangan pelaku industri itu sendiri. Jaguar Land Rover misalnya, mengatakan bahwa laba mereka akan turun sekira 1 miliar pound sterling jika Inggris ada di luar zona Uni Eropa.

Sementara BMW Group yang membawahi Rolls Royce, MINI, dan BMW, belum mau membuat prediksi. Menurut mereka, terlalu dini untuk mengetahui konsekuensi dari hal ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya