Kenapa Banyak Wanita Muda Memilih Jadi Perokok, Ini 5 Alasannya

Kebiasaan menghisap rokok di Indonesia kini tidak lagi hanya dilakoni oleh kaum pria saja. Banyak wanita yang juga menghisap rokok dan memil

oleh Azwar Anas diperbarui 28 Jun 2016, 07:00 WIB
Wanita merokok (Gabriel BOUYS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Kebiasaan menghisap rokok di Indonesia kini tidak lagi hanya dilakoni oleh kaum pria saja. Banyak wanita yang juga menghisap rokok dan memilih jadi perokok aktif dalam jangka waktu yang panjang. Bahkan, banyak wanita perokok memulai menghisap tembakau ini sejak usia muda.

Ternyata, ada beberapa alasan para wanita muda memilih menjadi perokok aktif, meskipun resiko dari rokok tersebut sangat besar untuk sistem reproduksi wanita.

1. Pelampiasan Rasa Stres

Para wanita yang didera rasa stres yang berat kebanyakan tidak tahu bagaimana caranya untuk menghilangkan stres tersebut. Tidak sedikit wanita muda yang memilih melampiaskan rasa stresnya dengan merokok. Mereka seringkali membangun sugesti bahwa merokok dalam menghilangkan sedikit stresnya. Seperti yang dialami Eti (29), wanita karir ini merasa beban pekerjaannya yang berat ditambah permasalahan keluarga yang sering terjadi membuatnya merasa stres berkepanjangan.

“Kerjaan saya sangat padat, dari pagi sampai sore dan disambung lagi pada malam hari. Untuk hiburan pun sangat sulit dilakukan, jadi saya memilih untuk merokok sembari mengerjakan tugas kantor. Walau tugas yang dikerjakan cukup banyak, dengan merokok jadi otak saya lebih santai mengerjakannya. Seperti ada relaksasi di otak,” ujarnya, Senin (27/6/2016).

Karena merasa nyaman dengan kebiasaannya merokok, Eti pun memilih menjadi perokok aktif dan menghabiskan rokok 6-10 batang setiap harinya. Eti memulai menjadi perokok aktif sudah setahun terakhir. Awalnya dia mencoba rokok rasa mentol, namun karena rasanya yang aneh, Eti akhirnya beralih ke rokok kretek.


2. Putus Cinta

Berbeda dengan Anggraini (23), warga Denpasar, Bali. Berawal dari kisah asmaranya yang kandas, Anggraini memilih untuk merokok sebagai pelampiasan kemarahannya. Bahkan dalam sehari, Anggraini bisa menghabiskan dua bungkus rokok isi 12 batang.

“Dua tahun lalu, saya putus cinta. Karena kesal dengan mantan cowok saya, saya lampiaskan dengan merokok. Jadinya sampai sekarang ketagihan dan jadi kebiasaan,” ungkapnya.

Sebagian besar teman-temannya juga sudah tahu kebiasaannya ini, terlebih Anggraini sering berkumpul bersama para komunitas pemusik dan seniman. Kebiasaannya ini semakin menjadi-jadi, karena banyak teman wanitanya yang juga perokok aktif.

Namun kebiasaan ini tidak ditunjukkan di depan keluarganya. Walaupun neneknya adalah perokok aktif, namun Anggraini masih belum berani secara terang-terangan menunjukkan kebiasaannya tersebut.

“Pernah sekali ibu membersihkan kamar saya saat saya sedang di luar rumah. Ibu mendapati puntung rokok dalam jumlah yang banyak. Setelah di rumah, saya diinterogasi tentang apa yang ibu temukan itu. Saya hanya diam saja,” lanjutnya.


3. Kebiasaan Dari Keluarga

Ternyata, kebiasaan merokok juga bisa ditularkan dari keluarga. Seperti yang dialami Seken (27), mantan Teller di salah satu bank swasta terbesar di Jakarta. Sejak tahun 2005 dirinya mencoba merokok dan hingga kini menjadi kebiasaannya. Nenek dan ibunya pun ternyata mantan perokok aktif, sehingga kebiasaan wanita merokok pun bukan menjadi aktifitas asing lagi di lingkungan keluarganya.

“Sejak kelas 3 SMA sudah merokok. Bukan karena keluarga, tapi memang banyak keluarga saya yang merokok. Awalnya cuma coba-coba, selanjutnya ketagihan sampai sekarang. Sebagian keluarga sudah ada yang tahu kebiasaan saya ini, teman-teman juga banyak yang tahu. Melihat teman-teman saya merokok, kebiasaan saya ini semakin menjadi, ditambah tekanan pekerjaan membuat saya stres. Merokok buat saya sedikit santai,” katanya.

Seken bisa menghabiskan 4-6 batang rokok setiap harinya. Dia lebih suka rokok rasa mentol, karena terasa lebih nyaman di mulutnya. Beberapa kali, dirinya sering merasakan dadanya sesak karena kebanyakan merokok. Dia pun sempat berhenti merokok saat sakit, namun setelah sakitnya reda, Seken melanjutkan kebiasaannya tersebut.

Wanita berparas manis ini juga sempat terpikir untuk berhenti merokok saat sedang hamil nanti. Untuk sekarang, Seken masih nyaman dengan kebiasaannya tersebut meskipun masih tabu di lingkungannya.


4. Merasa Kesepian

Merokok juga menjadikan wanita yang tidak mempunyai pasangan sebagai pelampiasan kesendiriannya. Mereka merasa dengan merokok, rasa kesendiriannya bisa sedikit hilang dan tidak mengganggu pikirannya.

Hal ini yang dialami Novi (35) , yang sudah delapan tahun menjadi single parent. Sejak berpisah dari suaminya, Novi harus berjibaku menghidupi anak-anaknya sendirian. Karena rasa tanggung jawab ditambah kesendirian yang melanda hatinya, Novi akhirnya menenangkan diri dengan merokok.

“Karena saya sekarang sendirian, tidak ada suami lagi, jadi kadang merasa kesepian. Tapi dengan merokok, semua perasaan itu hilang dan kembali bersemangat, terlebih sudah ada anak-anak. Orang tua saya sempat melarang, tapi karena saya sudah menjadi kepala rumah tangga, apapun yang saya lakukan sekarang tidak bisa ada yang melarang lagi,” ungkap ibu tiga anak ini.

Dirinya juga lebih memilih rokok mentol dibandingkan rokok kretek. Karena sensasi rasa dingin yang terasa di mulut terasa berbeda dibandingkan rokok kretek. Dalam sehari, Novi menghabiskan rokok 6-12 batang. Namun, kebiasaan Novi merokok ini dilakukannya setelah anak-anaknya sudah besar.


5. Ikut-Ikutan

Ada juga wanita muda yang menjadi perokok aktif diawali karena hanya ikut-ikutan temannya saja. Seperti yang dialami Liza (31). Ibu dua anak ini memulai merokok sejak dirinya masuk kuliah. Karena teman-teman prianya banyak merokok, jadi ada dorongan dari dirinya untuk mencoba menghisap tembakau tersebut.

“Tidak ada alasan yang spesifik kenapa awalnya merokok, tapi memang dulunya hanya ikut-ikutan teman saja. Jadi sampai sekarang keterusan merokok. Sehari cuma 5 batang saya habiskan, tidak terlalu banyak,” ujarnya.

Teman-teman dan keluarganya juga sebagian sudah tahu dengan kebiasaannya tersebut. Karena sekarang dia berstatus single parent dan tidak ada yang bisa melarangnya berhenti merokok, kebiasaan merokok ini terus dilakoninya hingga sekarang.

Pernah beberapa kali kedua anaknya menanyakan tentang kebiasaannya tersebut. Namun, karena dirinya tidak bisa menjelaskan secara rinci, akhirnya Liza memilih untuk tidak merokok di depan anak-anaknya.

Penulis: Nefri Ryu

Penyuka Travelling dan Menulis

Instagram: @nefri_ryu

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya