Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia merosot pada perdagangan saham awal pekan ini, dengan harga minyak jenis Brent bergerak ke level terendah dalam tujuh minggu.
Pelaku pasar khawatir terhadap permintaan energi dan risiko setelah Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa atau disebut Britain Exit/Brexit pada pekan lalu.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melemah US$ 1,31 atau 2,8 persen ke level US$ 46,33 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak Brent susut US$ 1,25 atau 2,6 persen menjadi US$ 47,16 per barel di ICE Futures Exchange di London.
Pada awal perdagangan, harga minyak tersebut sempat menguat, tetapi tidak bertahan lama. Harga minyak WTI pun akhirnya melemah ke level terendah sejak 16 Juni, dan Brent turun ke level terendah sejak 10 Mei.
Baca Juga
Advertisement
"Brexit sangat penting pengaruhnya dalam jangka pendek ke harga minyak. Akan tetapi tidak jangka lama kecuali global alami resesi," ujar Rob Haworth, Senior Investment Strategist US Bank Wealth Management seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (28/6/2016).
Selain harga minyak tertekan, indeks dolar AS dan yen juga menguat terhadap sejumlah mata uang lainnya. Indeks dolar AS naik 1,1 persen.
"Brexit buruk bagi China. Yen Jepang reli berdampak ke mata uang China yuan. Ketidakpastian masa depan ekspor ke Uni Eropa juga mempengaruhi China lantaran pasar terbesar China ke Uni Eropa," tutur Richard Hastings, Macro Strategist Seaport Global Securities.
Ia menambahkan, ketika China terkena dampak Brexit maka berimbas ke harga minyak. Namun ia menuturkan, harga minyak dunia yang tertekan juga dipengaruhi volume dan pasokan minyak yang besar terutama di Amerika Serikat. "Selain itu gerak cepat dari indeks dolar terhadap mata uang Inggris Pound dan euro," ujar Hastings. (Ahm/Ndw)
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.
Ingin tahu dampak brexit dan tax amnesty ke pasar modal Indonesia? Simakt video berikut ini: