2 Kapal Tenaga Surya ITS Bakal Unjuk Gigi di Jepang

Pada kompetisi tahun lalu, kapal tenaga surya ITS menduduki posisi ke-7 dari sejumlah negara di Asia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 28 Jun 2016, 06:35 WIB
Tim Batharasurya siap berlaga di Jepang. (istimewa)

Liputan6.com, Surabaya - Sebanyak 19 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) yang tergabung dalam tim Batharasurya menyiapkan dua kapal untuk berlaga di Yanagawa Solar Boat Festival. Kompetisi kapal tenaga surya yang digelar setiap tahun oleh Pemerintah Prefektur Fukuoka Jepang itu diikuti puluhan peserta dari negara-negara di Asia.

"Tahun lalu kita berada di peringkat tujuh," ujar Ketua Tim Batharasurya, Dwiko Hardianto, dikutip dari laman its.ac.id, Senin, 27 Juni 2016.

Berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini tim Batharasurya mengirimkan dua kapal dengan keunggulan berbeda yang dinamai Batharakala dan Triton. Mereka mengaku telah menyiapkan strategi menghadapi kompetisi.

"Desain kapal dibuat lebih ringan dengan rancangan mekanik dan perhitungan motor yang optimal sehingga kapal dapat melaju lebih cepat," jelas mahasiswa yang akrab disapa Iko itu.

Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan itu juga menjelaskan, kedua kapal yang akan berlaga memiliki desain yang jauh berbeda. Batharakala menggunakan desain step hull yang membuatnya mampu mengurangi hambatan air saat kapal dalam kondisi planning. Kondisi planning adalah keadaan ketika lambung depan kapal mengangkat.


"Hal ini dapat dicapai apabila kapal sudah memiliki kecepatan tertentu," ucap Iko.

Berbeda dari Batharakala, Triton didesain menggunakan V planning hull, sehingga kapal ini memiliki kemampuan manuver dan stabilitas yang baik. Tak hanya itu, Triton juga dilengkapi dengan desain bangunan atas yang aerodinamis sehingga mampu mengurangi hambatan udara yang diterima oleh pengemudi.

"Berbagai perbedaan ini bertujuan agar tim Batharasurya dapat meraih juara di dua kategori lomba, endurance dan slalom," ungkap Iko.

Meskipun begitu, kata dia, kapal yang digarap sejak April 2016 itu memiliki beberapa persamaan. Keduanya didesain dengan baling-baling yang sama, yaitu berdiameter 30 cm. Hal itu membuat kapal mampu menghasilkan torsi lebih besar.

"Keduanya juga sama-sama berjenis mono hull atau satu lambung," ucap mahasiswa kelahiran Oktober 1995 ini.

Walaupun sempat terhambat oleh pergantian material kapal, Iko mengaku tim Batharasurya optimistis menghadapi kompetisi internasional ini. Ia berharap berbagai persiapan teknis yang telah dilakukan mampu membawa tim Batharasurya menempati posisi teratas.

"Kami juga berharap kompetisi ini bisa menjadi batu loncatan bagi tim untuk bersaing di kancah internasional yang lebih besar," ucap Iko.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya