Pengacara Ini 'Cucu Haram' Raja Inggris dengan Kekasih Gelap?

Kisah ini muncul kembali setelah terbitnya berita bahwa bukti DNA telah digunakan untuk menyelesaikan sebuah klaim bangsawan Skotlandia.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Jun 2016, 07:02 WIB
Kisah ini muncul kembali setelah terbitnya berita bahwa bukti DNA telah digunakan untuk menyelesaikan suatu klaim bangsawan Skotlandia. (Sumber Daily Mail)

Liputan6.com, London - Warga Amerika bangga telah melepaskan diri dari kekuasaan Inggris pada 1776, tapi, bagi seorang pengacara di Utah, membebaskan diri dari Kerajaan Inggris tidaklah semudah itu.

James Ord masih sebagai siswa berusia 13 tahun di Virginia ketika kakeknya mengajaknya membicarakan kisah luar biasa tentang bagaimana keluarga mereka didepak keluar dari lingkaran keluarga Kerajaan Inggris. 

Dikutip dari Daily Mail pada Selasa (28/6/2016), kisah itu sudah lama beredar bahkan sejak masa pembentukan Amerika Serikat. Isi kisahnya melibatkan calon raja George IV, pernikahannya dengan seorang kekasih beragama Katolik Roma, dan seorang anak yang keberadaannya dirahasiakan demi kepentingan kerajaan.

"Saya sedang menggaruk dedaunan di bawah pohon magnolia saat itu ketika kakek menceritakan kisah ini," kata Ord dari rumahnya di Salt Lake City. "Jelas sekali dia merasa penting untuk menceritakan ini kepada saya, tapi saya malah mentertawakannya."

"Saya kira dia gila, padahal dia pernah menjadi pakar komunikasi radio Angkatan Udara AS dan mata-mata selama perang Vietnam. Seharusnya dia orang pintar."

James kemudian mengetahui bahwa ayahnya, seorang dokter, juga diceritakan kisah yang sama oleh sang kakek ketika ayahnya masih kira-kira seusianya.

"Seperti suatu pesan berantai, berbagi kisah dengan anak-anak merupakan hal penting," kata James mengenai tradisi tutur tersebut.

Miripkah James Ord dan Pangeran William? Kisah ini muncul kembali setelah terbitnya berita bahwa bukti DNA telah digunakan untuk menyelesaikan suatu klaim bangsawan Skotlandia. (Sumber Daily Mail dan Wikipedia)

Bukan hanya kisah itu yang disampaikan turun-temurun melalui beberapa generasi dalam keluarga, tapi ada suatu nama yang disebut.

Dalam generasi awal cabang keluarga Ord di Maryland, anak lelaki pertamanya diberi nama James. Hal ini mempermudah pelacakan Ord yang sepertinya memiliki klaim terkuat kepada mahkota Inggris.

Pembawa nama itu yang sekarang adalah seorang gay mantan Mormon yang menjadi ayah tiri untuk empat anak setelah dia dan pasangannya, Steve Hempel, menjadi salah satu pasangan pertama yang memanfaatkan legalisasi pernikahan gay di Utah.

Kasus aneh tentang James Ord dan 'cabang Utah' keluarga kerajaan muncul kembali beberapa hari terakhir ini setelah terbitnya berita bahwa bukti DNA telah digunakan untuk menyelesaikan klaim status bangsawan Skotlandia bagi Pangeran Stichill.

Penggunaan uji genetik oleh lawan perkara, Murray Pringle dan sepupunya Simon Pringle, harus disetujui oleh Ratu Inggris. Akankah sang Ratu menyetujui permohonan lain untuk uji DNA sehingga memungkinkan Ord untuk mengetahui hubungannya dengan sang Ratu?

"Saya mau melakukannya," katanya tentang uji DNA. Tentu saja, bahan genetik pihak kerajaan juga diperlukan.


Bukan Sekedar Khayalan Keluarga

Kisah ganjil ini bukan sekedar dicomot dari khayalan suatu keluarga Amerika yang ngawur.

Para ahli sejarah sudah sejak lama menyakini bahwa George IV, atau dikenal dengan julukan Prinny sewaktu masih sebagai sebagai Prince Regent, adalah seorang ayah bagi seorang anak janda cerai Maria Fitzherbert yang beragama Katolik Roma. Anak bernama James Ord itu adalah leluhur pria bernama sama pada masa kini.

Pada masa itu, kontrasepsi masih pada belum mantap dan janda cerai dua kali itu telah bersama dengan sang pangeran selama beberapa tahun. Beberapa orang sahabat Prinny yakin bahwa Maria akhirnya hamil setelah pernikahan rahasia mereka.

Menjelang ajal George IV, pengacara Lord Sourton meminta Maria untuk menandatangani surat pernyataan di belakang akte pernikahannya bahwa pernikahan itu tidak pernah menghasilkan keturunan. "Wanita itu menolak sambil tersenyum puas."

George IV dan Maria Fitzherbert. Kisah ini muncul kembali setelah terbitnya berita bahwa bukti DNA telah digunakan untuk menyelesaikan suatu klaim bangsawan Skotlandia. (Sumber abc.net.au dan Wikipedia)

Taruhannya besar sekali. Jika pernikahan Prinny dengan seorang wanita Katolik Roma bocor saat itu, hal tersebut dapat mengancam jalannya menuju takhta.

Pernikahan tahun 1785 tersebut dilakukan dalam ruang gambar di rumah sang wanita di Mayfair dan dilakukan oleh seorang imam kerajaan yang digeret begitu saja oleh sang pangeran dari dalam penjara orang berutang.

Secara teknis, pernikahan ini tidak sah menurut Akta Pernikahan Kerajaan karena ia pertama-tama harus mendapat izin dari raja atau Parlemen.

Akta Penyelesaian tahun 1701 menjadikan izin demikian lebih sulit didapat, karena melarang siapapun yang menikahi seorang Katolik Roma meraih tahta.

Menikahi janda cerai beragama Katolik cukup menjadi skandal yang menghalangi George menjadi raja. Lagipula, George tidak pernah mendapat keturunan karena putra satu-satunya meninggal sewaktu dilahirkan.

Dengan demikian, takhta diteruskan oleh saudara lelakinya, William. Keberadaan seorang putra dari istri beragama Katolik Roma bisa menggoncangkan secara politis maupun konstitusional.


Pernikahan Diam-diam

Merujuk kepada rentetan kejadian pada masa awal kehidupan James Ord menimbulkan dugaan bahwa ia adalah anak hasil suatu pernikahan diam-diam.

Pria kelahiran 1786 ini tidak pernah mengenal orangtuanya dan dibesarkan oleh serta diberi nama menurut mantan pelaut bernama James Ord yang berpura-pura menjadi pamannya. Ketika masih bayi, James dibawa keluar dari Inggris menuju Bilbao, Spanyol.

Duta besar Inggris di sana adalah sepupu janda Fitzherbert sehingga sang mantan pelaut itu mendapatkan penugasan bergengsi sebagai penyelia dermaga milik kerajaan, walaupun ia hanya seorang kelasi biasa dan tidak berbicara bahasa Spanyol.

Pada 1790, keluarga Ord pindah ke Maryland, suatu negara bagian di AS yang kental Katolik, dan berteman dengan seorang teman janda Fitzherbert. Kali ini, teman itu adalah seorang uskup Katolik Roma di Baltimore, ibukota Maryland.

Sebagai pemuda, Ord berkuliah di Georgetown University di Washington, DC. Uang kuliahnya dibayari secara diam-diam oleh seorang pejabat Inggris bernama Notley Young. Lebih mencengangkan lagi, para diplomat Inggris bahkan sering mengunjunginya hanya untuk memastikan bahwa mahasiswa itu baik-baik saja.

Jenderal James Ord. Kisah ini muncul kembali setelah terbitnya berita bahwa bukti DNA telah digunakan untuk menyelesaikan suatu klaim bangsawan Skotlandia. (Sumber cchsmi.com)

Ia sempat menjadi seorang imam dalam ordo Jesuit dan kemudian mendapatkan penugasan bersama Angkatan Laut AS, dipindahkan ke Angkatan Darat, bahkan berperang melawan Inggris dalam Perang 1812 dan bergerak naik menjadi seorang jenderal.

Ord mengaku mendapat petunjuk pertama tentang keistimewaan dirinya ketika sang 'paman' dengan sungguh-sungguh menjelaskan kepadanya, yaitu "kalau kamu memiliki hak-hakmu di Inggris, kamu bisa menjadi seorang besar. Semoga Tuhan mengampuni mereka yang berbuat salah kepadamu."

Sang 'paman' seperti ingin bicara lebih banyak saat terbaring sekarat dan bersikeras bahwa ia memiliki "sesuatu yang sangat penting" untuk diceritakan, tapi pria itu kemudian koma dan tidak pernah pulih lagi.

Ord kemudian menikah dan memiliki 7 orang putra sebelum akhirnya meninggal pada 1873 di Omaha, Nebraska. Keluarganya adalah pendukung kuat Sri Paus dan sangat yakin bahwa Ord telah sangat dijahati oleh Inggris yang 'anti-Katolik'. Mereka kemudian menyebut Ord tua sebagai “putra George IV dan istri resminya Maria Fitzherbert."

Tapi selentingan itu bahkan terkubur dalam-dalam semasa hidupnya, sehingga ia terpaksa menulis surat kepada Maria Fitzherbert. Tidak pernah ada balasan.


Perjanjian Hukum

Terkait dengan misteri kelahirannya, kegaduhan merebak Inggris ketika biografi Maria Fitzherbert menyebutkan bahwa pengacara wasiat George IV mencantumkan kertas-kertas bukti pernikahan.

Termasuk di dalamnya adalah surat dari wanita itu yang mungkin saja dapat membenarkan ia memiliki anak-anak bersama sang pangeran, dalam suatu laci barang berharga di Coutts Bank, London.

Kaum bangsawan yang merupakan kerabat Fitzherbert meminta agar paket itu dibuka tapi ditolak oleh sang pengacara sesuai permintaan wanita itu agar dokumen-dokumen tidak diganggu gugat.

Pada 1944, Yang Mulia Lady Beatrice Chichele-Plowden, salah satu keturunan Fitzherbert, mengaku Ratu Victoria dan putranya, Edward VII, menghalangi upaya mengungkapkan surat-surat itu.

Lady Beatrice Chichele-Plowden kemudian mengajukan klaim menggemparkan lainnya. Menurutnya, keluarga James Ord di AS mengirimkan salinan surat yang aslinya dikirim dari William IV (saudara lelaki sekaligus penerus tahta George IV), yang isinya menawarkan gelar Duke of Malta atau pembayaran uang tunai.

Menurut Lady Beatrice Chichele-Plowden, Ord memilih mendapatkan uang. Wanita itu kemudian menduga kertas-kertas yang tadinya disimpan di Coutts Bank sudah dipindahkan ke salah satu istana kerajaan.

Keluarga James Ord yang sekarang, terutama generasi awal, jelas menduga bahwa mereka "didepak dari warisan mereka" atau diperlakukan secara buruk oleh sepupu-sepupu mereka yang bangsawan itu, demikian menurut Ord.

Menurut James Ord yang sekarang tentang leluhurnya, "Para bangsawan jahanam secara tradisi dianugerahi gelar atau posisi di pengadilan, tapi James Ord dibuang ke Amerika tanpa apapun."

Tentang dirinya, sepengatahuan James Ord dia tidak memiliki bukti tertulis apapun dalam keluarganya yang menguatkan kaitannya dengan George IV. Ia juga sadar bahwa dia tidak bisa mengajukan klaim atas takhta karena pernikahan Fitzherbert tidak sah secara hukum.

Agak ironis, keluarga Ord akhirnya berpegang kepada denominasi agama yang secara teori tidak akan melarang mereka mengajukan klaim takhta.

Ord dulunya adalah seorang penganut Mormon yang taat, tapi ia meninggalkannya setelah tahun lalu Mormon menyebutkan bahwa pasangan gay adalah penyimpangan dari gereja.

Ia sekarang menjalani Episkopalian, suatu denominasi di AS yang setara dengan gereja Anglikan di Inggris. Kata Ord, "Setelah pernah tinggal di Jamaika dan berkeliling negara-negara Persemakmuran Inggris, ada banyak kisah kestabilan yang diberikan oleh kerajaan."

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya