Liputan6.com, Jakarta - Mantan terpidana teroris Bom Bali I Ali Imron dan Jumu Tuani, mantan terpidana teroris asal Ambon yang pernah diminta menjadi panglima ISIS menjadi pembicara dalam acara kajian Ramadan di Masjid Al Fataa, Jakarta Pusat. Keduanya datang atas undangan Wahid Foundation bersama dengan warga RW 09, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat.
Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan, pihaknya sengaja menjadikan para tokoh itu sebagai narasumber, agar masyarakat bisa makin memahami jalan Islam yang benar. Sehingga dapat membentengi diri dan tidak mudah terjerumus aliran radikal.
"Mengapa kami menghadirkan para mantan teroris ini? Mereka ini yang sahih omongannya. Pernah merancang dan melalui. Jadi kita bisa tahu apakah jalan yang mereka lalui ini benar diridai Allah atau tidak," tutur Yenni saat sambutannya di Masjid Al Fataa, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).
Dia menjelaskan, saat ini Islam sangat dipandang sebelah mata oleh dunia. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslimin di manapun, saling bahu membahu menangkal aksi kejam yang bertentangan dengan dengan ajaran Islam.
Advertisement
"Islam saat ini dianggap dunia sebagai agama yang keras. Yang mereka lihat hanya pesan kebencian. Ini upaya kita mengubah wajah Islam di mata dunia. Ini Jihad kita," terang Yenny.
Dia pun mencoba mengingatkan jemaah yang hadir, apa yang dipegang teguh oleh ayahnya, yakni Presiden ke 4 RI Abdurrahman Wahid.
"Gus Dur mengatakan tidak ada perdamaian tanpa keadilan. Ya memang. Kita harus perjuangkan. Cuma caranya yang seperti apa. Dengan bil ma'ruf," tegas dia.
Yenny berharap, dengan diselenggarakan kajian Ramadan itu, masyarakat yang hadir dapat menyebarkan ilmu yang mereka dapat. Dengan begitu, persatuan umat Islam di Indonesia semakin kuat dan terhindar dari doktrin jihad yang salah.
"Ini semata-mata perwujudan dari ayat Alquran. Kita saling bertaaruf demi menjalin persatuan," tutur Yenny.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.