Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru menunjukkan merokok elektrik (e-rokok) sama berbahaya dibanding rokok tembakau bagi kesehatan mulut. Peneliti menemukan e-rokok mengandung zat beracun, dan partikel nano yang bisa membunuh lapisan atas sel-sel kulit di rongga mulut, belakang gigi, dan gusi.
Para ilmuwan dari UCLA (University of California, Los Angeles) ini melakukan penyelidikan sel kultur, yang meningkatkan risiko munculnya penyakit mulut termasuk kanker, dilansir laman Dailymail, Rabu (29/6/2016).
Advertisement
Temuan baru ini menambah bukti tidak baiknya rokok elektrik untuk kesehatan. Peneliti di North Carolina bahkan melaporkan menggunakan e-rokok meningkatkan risiko infeksi karena rusaknya ratusan gen dalam sistem kekebalan tubuh.
Pemakaian e-rokok memang semakin meningkat sejak beberapa tahun belakangan ini, terutama bagi mereka yang mencoba untuk mengurangi atau berhenti merokok.
Di dalam rokok elektrik terdapat tabung berisi larutan cair yang bisa diisi ulang. Larutan ini mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan perasa. Larutan ini dipanaskan, kemudian muncul uap selayaknya asap. Sebagian perusahaan menjual cairan perasa tertentu. Antara lain perasa mentol/mint, karamel, buah-buahan, kopi, atau cokelat. Centers for Disease Control menemukan bahwa 2,4 juta anak sekolah menengah, dan sekolah tinggi sudah mengonsumsi e-rokok sejak 2014.
Satu dari enam orang di Inggris telah mengisapnya. Angkanya pun semakin meningkat hingga 15,5 persen, naik dari dua tahun sebelumnya. Hal itu karena dokter masih menyarankan e-rokok sebagai metode yang efektif untuk berhenti merokok.
Sementara, berbagai penelitian sudah membuktikan efek buruk rokok konvensional pada kesehatan manusia. Sebaliknya, penelitian tentang e-rokok masih minim.
Khusus persoalan gangguan para rongga mulut, rokok elektrik memang berpengaruh buruk. Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Shen Hu membuktikannya dengan mengambil kultur sel dari lapisan terluar rongga mulut yang sudah terpapar e-rokok selama 24 jam dari merek yang berbeda-beda.
Uap yang mengandung nikotin atau mentol dari 'mesin' e-rokok diukur konsentrasi dan luas paparan atau distribusinya. Hasilnya, para ilmuwan itu menemukan uap yang mengandung partikel nano logam, silika dan karbon dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung merek rokok elektronik serta rasanya.
Uji laboratorium pada kultur sel membuktikan, uap rokok elektrik jelas melemahkan sistem pertahanan alami rongga mulut dengan menurunkan kadar antioksidan yang disebut glutathione. Inilah yang menyebabkan 85 persen sel-sel yang diperiksa tampak sudah mati.
Guru Besar Luar Biasa Bidang Biologi Oral pada Sekolah Kedokteran Gigi, Dr Hu, menyebutkan bakal meneliti manusia. 'Sejumlah kecil pasien di klinik gigi UCLA Dental Clinics menggunakan rokok elektrik. Ini cukup untuk membantu penelitian kami selanjutnya,"ujarnya.
Hu berharap bisa membuat model skrining untuk membantu memprediksi kadar toksisitas produk-prduk rokok elektrik sehingga para pengguna dapat mengetahui bahan yang dipakainya.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.