Liputan6.com, Rochester - Olimpiade maraton yang akan digelar pada 21 Agustus 2016 di Rio de Janeiro, Brazil menuntut para atlet untuk berlatih dengan keras. Persiapan dan latihan intens sudah dilakukan beberapa atlet sejak bulan lalu. Dua kali sehari, yakni pagi dan sore hari.
Tak terkecuali bagi Mohammed Hrezi, atlet 24 tahun ini tetap latihan meski tengah berpuasa. Pria kelahiran Connecticut juga menjalani latihan spesial dengan jadwal khusus. Lari-lari kecil beberapa mil baru ia mulai pada pukul 18.00 sampai 19.00 waktu setempat untuk sesi pertamanya.
Di sesi kedua, Hrezi menjalani latihan yang berat di tengah malamnya. Ia akan mulai berlari bermil-mil pada pukul 01.00 dini hari.
Latihan yang menguras tenaga ini harus ia lakukan, pasalnya persiapan lomba semakin dekat. Sementara itu, jadwal puasa Ramadhan bertepatan dengan jadwal latihannya.
Baca Juga
Advertisement
Ini bukan kali pertamanya Hrezi menunjukkan kegigihannya. Pada lomba maraton di Ottawa Marathon 29 Mei lalu, bahkan ia berlatih di suhu yang lembab dan menguras tenaga. Namun, ia mencatatkan waktu 02:18:40 untuk 50 Kilometer lebih.
Di Ottawa Marathon, Kanada itu. Ia berlatih lari dengan jarak antara Hansons ke Brooks di Rochester, Amerika, dengan jarak 104 mil. Dan untuk persiapan kali ini, Hrezi berlari 100 mil per minggunya.
"Hanya tinggal dua minggu lagi untuk latihan, harus tetap menyimpan tenaga diawal, sebab aku baru memulai ibadah Ramadan," ujar Hrezi seperti yang dikutip dari Runnersworld.com, Kamis (30/6/2016).
Untuk minggu ini, ia benar-benar mengasah kemampuan dan disiplin latihan untuk memenangkan perlombaan maraton di Rio.
Dia memulai latihan jauh sebelum jadwal sarapan pagi atau sahurnya. Saat latihan berat di dini hari itu, ia menyantap telur rebus yang dia bawa saat berlari ditambah dengan beberapa protein.
Latihan itu belumlah terlalu sulit, untuk sesi keduanya, Hrezi harus mengorbankan jadwal tidurnya sendiri. Padahal itu sangat penting bagi atlet maraton.
Setelah berlari bermil-mil, Hrezi tak lantas beristirahat. Meski jadwal latihannya sudah usai pada pukul 04.00 dini hari. Ia bakal melanjutkan beberapa latihan lagi, seperti yoga. Siangnya, barulah Hrezi beristirahat.
Hrezi tak terjaga sendirian. Pelatihnya, Kevin Hanson juga ikut serta memantau perkembangan atletnya.
Pria dengan dua kewarganegaraan itu, tak ingin memaksa pelatihnya turut serta dalam latihan malam. Namun, Hansons berkeras hati untuk mengikuti latihan Hrezi dengan bersepeda.
Meski berat, di sesi kedua latihan larinya Hrezi dapat asupan gizi yang cukup. Protein dan nutrisi dalam perutnya terserap dengan baik selama latihan.
"Setelah itu (latihan tengah malam) saya bisa pulang dan makan sedikit sebelum memulai puasa," katanya.
Latihan berat seperti ini hanya tinggal seminggu lagi. Begitu juga dengan jadwal puasa yang akan berakhir pada 5 Juli nanti. Setelah itu, Hrezi akan kembali latihan dengan jadwal yang normal.
Namun, Hrezi tak merasa terbebani. Ia menikmati latihan itu meski tengah berpuasa. Karena baginya, Ramadan memberikan ketenangan batin.
"Saya merasa dirahmati dengan kesempatan untuk bersaing di Olimpiade," ungkap Hrezi.
Ia berharap, dengan set latihan yang telah dijalani ini bisa memperbaiki kondisi dan catatan waktunya di Rio nanti. Ia rela latihan berat untuk mengantisipasi kelemahannya saat di Ottawa Marathon yang berlangsung di suhu lembab itu.
"Semoga dengan usaha (latihan) ini mampu membuat bangga keluarga, teman-teman dan negara saya," ucapnya.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.