Kuliner Khas Ini Dianggap Punah dari Pasar Sore Kauman

Jika dibandingkan saat Ramadan di tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa kuliner khas yang dianggap hilang dari Pasar Sore Kauman.

oleh Yanuar H diperbarui 02 Jul 2016, 14:00 WIB
Jika dibandingkan saat Ramadan di tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa kuliner khas yang dianggap hilang dari Pasar Sore Kauman.

Liputan6.com, Jakarta Pasar sore Kauman Jogya selalu ramai dikunjungi warga Yogyakarta karena aneka macam makanan buka puasa. Di pasar sore Kauman ini bisa ditemui makanan khas Kauman yang hanya ada di bulan Ramadan. Kicak, Semar Mendem, Jadah Manten, dan Megono masih bisa ditemui di pasar sore Kauman. Namun ada makanan yang sudah hilang dan tidak dapat ditemui di pasar sore Kauman.

Edy Purnomo Irawan pengurus pasar sore kauman mengatakan, seiring berjalannya waktu ada makanan yang khas Kauman yang sudah tidak ditemui lagi. Makanan itu hilang karena tidak ada lagi yang mau membuat dan mempertahankan menu tradisi ini. Makanan khas Kauman yang hilang ini biasanya dibuat saat bulan puasa saja.

"Megono masih ada kicak masih. Kicak sudah ada sejak saya kecil. Sekarang sama dulu aja beda dulu jadahnya lunak mungkin dari ketannya. Megono itu sayur urap tapi manis," ujar edy, Rabu (29/6/2016).

Edy mengatakan, pasar yang ada sejak 1975 ini sudah tidak menemukan lagi makanan khas Kauman seperti Kacang Bumbon dan kue Lumpur. Kacang Bumbon waktu itu juga menjadi salah satu makanan yang wajib sebelum buka puasa. Namun proses pembuatannya yang susah membuat makanan ini tidak lagi ada yang buat. Kacang Bumbon sekilas mirip membuat ampyang, namun rasa dan teksturnya yang membedakan.

"Kayak ampyang tapi lembek sekarang sudah tidak ada yang bikin. Kalo ga bisa bikin itu pasti keras nanti mungkin caranya sama bikin ampyang tapi kalo ga bisa bikin kayak ampyang itu. Kalo bisa ya lembek diambil pakai sendok itu bisa. rasanya manis pedes," katanya.

Sementara kue Lumpur yang juga sudah ditemukan lagi di Kauman juga karena proses pembuatannya yang susah. Pembuatannya yang lama juga membuat warga Kauman tak lagi membuatnya. Edy menjelaskan kue lumpur yang saat ini ada bukanlah khas Kauman namun khas Kotagede.

"Lumpur sekarang sudah tidak ada yang bikin. bikin lumpur itu satu satu adonanya susah. Itu kue dari kentang. manis gurih ada kanil dari kelapa. Sudah tidak ada yang bikin. Dulu kalo bikn satu satu lumpur lama harus sabar," ujarnya.

Edy menjelaskan tidak hanya makanan lama yang mulai hilang di Kauman. Tapi juga minuman seperti Minuman Madu Mongso. Minuman khas Kauman itu sebenarnya masih dapat dibuat lagi. Namun saat ini jarang sekali ditemui jenis minuman khas Kauman ini.

"Madu Mongso itu minuman kelapa muda roti kolang kaling tape tela jadi satu isinya itu. Rasanya manis dikasih santan enak sekali. jarang sekali sekali sekarang. Yang masih itu carang gesing dari santan dan pisang," ungkap Edy menjelaskan.

Edy berharap makanan dan minuman lama yang masih ada seperti kicak dan carang gesing terus ada. Sebab makanan itu menjadi kekayaan kuliner Indonesia khususnya Kauman Yogya. Regenerasi harus dilakukan demi kekayaan kuliner tersebut.

"Ya gimana lagi sekarang yang bikin kicak saja tinggal empat orang. Takutnya kayak kacang bumbon dan Lumpur hilang karena ga ada yang bisa buat," ujarnya.

Sementara itu warga Kauman lainnya, Karni, mengaku setiap tahun ia membuat kicak dan carang gesing. Dua makanan ini menjadi makanan wajib dibuat saat Ramadan. Sehari ia mampu membuat 100 bungkus kicak dan carang gesing untuk dijual di pasar sore Kauman. Ia mengaku tidak mudah membuat kicak karena prosesnya yang lama. Seperti merendam ketan beras selama dua jam sebelum dimasak menjadi jadah.

"Bahan lainnya air, gula pasir kelapa parut, pandan untuk harum nangka garam beras ketan. Pertama kasih air gula putih kasih garam pandan sampai halus. Parutan kelapa masukin kalo sudah jadahnya. Diaduk sampai rata. Lama biar tanak biar ga basi. Sudah dijual kalo kicak dua ribu kalo carang gesing 3 ribu," ujarnya. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya