Liputan6.com, Istanbul - Identitas ketiga pelaku bom bunuh diri di Bandara Ataturk, Turki perlahan mulai terungkap. Seorang pejabat Turki mengumumkan tiga bomber tersebut merupakan warga negara Rusia, Uzbekistan, dan Kirgiztan.
Surat kabar pro pemerintah Turki, Yeni Safak menuliskan dalam laporannya, bahwa bomber Rusia berasal dari Dagestan yang berbatasan dengan Chechnya -- di mana Rusia berperang melawan dua kelompok radikal di kawasan ini sejak keruntuhan Uni Soviet pada 1991 silam.
Advertisement
Sementara itu surat kabar Turki Hurriyet menyebut nama pria itu Osman Vadinov dan berasal dari Raqqa, ibu kota ISIS di Suriah. Kementerian Dalam Negeri Rusia disebut tengah menelusuri informasi terkait Vadinov.
Menanggapi laporan ini, juru bicara layanan keamanan negara Kirgiztan mengaku tengah melakukan investasi atas dugaan salah seorang warganya menjadi bomber dalam tragedi bom Turki. Sementara layanan keamanan Uzbekistan menolak berkomentar.
Tidak ada informasi lebih lanjut terkait hal ini karena hasil investigasi resmi belum dirilis. "Tim forensik saat ini tengah berjuang mengidentifikasi bomber dari sisa-sisa anggota tubuh mereka," ujar salah seorang pejabat seperti dikutip Reuters, Kamis (30/6/2016).
Menteri Dalam Negeri Turki, Efkan Ala mengatakan kepada parlemen, berbagai bukti yang ditemukan semakin menunjukkan kelompok teroris ISIS merupakan dalang di balik tragedi berdarah ini. Menurut Ala, identitas salah satu bomber benar, namun ia menolak berkomentar lebih lanjut.
Ketiga bomber dilaporkan lebih dulu melepaskan tembakan sebelum meledakkan diri di pintu masuk Bandara Ataturk. Laporan terakhir menunjukkan 43 orang tewas sementara 239 orang terluka dalam ledakan bom Turki.
Bandara Ataturk merupakan salah satu bandara tersibuk di dunia, menjadi penghubung Asia dan Eropa. Dan serangan yang terjadi pada Selasa 28 Juni lalu merupakan aksi teror paling mematikan dibanding serentetan peristiwa yang juga mengguncang Turki sepanjang 2016.
Pihak kepolisian disebut telah menahan 13 orang terkait bom Turki, di mana empat di antaranya merupakan warga negara asing. Mereka ditahan dalam sejumlah penggerebekan yang berlangsung di Istanbul. CNN menyebutkan, penahanan tersebut dilakukan atas tuduhan memberi dukungan logistik bagi para bomber.
Hingga kini, ribuan warga negara asing telah menyeberang dari Turki ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Sejumlah kritikus menuding, Turki lebih sibuk melakukan berbagai upaya untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dibandingkan fokus pada perang melawan ISIS.