Liputan6.com, Jakarta - Dua peristiwa gempa bumi tektonik mengguncang wilayah Provinsi Gorontalo dan sekitarnya. BMKG mengungkapkan gempa bumi pertama terjadi pada Kamis 30 Juni 2016 pukul 17.46 WIB dengan kekuatan 5 SR dan gempa kedua terjadi pada pukul 18.43 WIB dengan kekuatan sama, yaitu 5 SR.
Gempa bumi pertama yang berkedalaman 45 kilometer itu dirasakan di Tolinggula, Marisa, Embodo, Popalo dan Bionga. Getaran dirasakan cukup kuat di wilayah tersebut hingga warga lari berhamburan keluar rumah. Hingga kini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan rumah sebagai dampak gempa bumi.
Advertisement
Sementara gempa bumi kedua terjadi di kedalaman 228 kilometer. Getaran gempa yang dirasakan warga mencapa II MMI.
"Kedua gempa bumi yang terjadi sama-sama disebabkan aktivitas subduksi lempeng," ujar Kepala Bidang Mitigasi gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/6/2016).
Gempa bumi pertama terjadi pada sistem subduksi Sulawesi Utara yang menunjam ke selatan pada North Sulawesi Trench, tepatnya di bidang kontak antara Lempeng Sulawesi Utara dengan lengan utara Sulawesi. Sedangkan gempa bumi kedua dibangkitkan oleh sistem subduksi Lempeng Maluku Utara yang menunjam pada East Sangihe Trench ke arah barat laut di kedalaman 228 kilometer.
"Gorontalo merupakan salah satu daerah rawan terjadi gempa bumi. Salah satu catatan gempa bumi kuat dan merusak di Gorontalo dan sekitarnya adalah gempa bumi Gorontalo 7,3 SR pada 16 November 2008 yang menyebabkan 4 meninggal dunia dan 59 lainnya mengalami luka-luka," jelas dia.
Selain itu,gempa bumi ini dilaporkan merusak ratusan rumah di Gorontalo dan sekitarnya.
Terkait 2 peristiwa gempa bumi yang mengguncang Gorontalo dan sekitarnya, hingga kini belum terjadi gempa bumi susulan.
"Untuk itu masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpancing isu karena gempa bumi ini tidak menimbulkan kerusakan dan tidak berpotensi tsunami," demikian Daryono.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.