Liputan6.com, Jakarta Banyak orangtua tidak sadar melakukan pola asuh diktator pada anak-anaknya. Seperti misalnya tidak memberikan kesempatan anak untuk memberikan pendapatnya.
Diktatorship atau otoriter adalah pengasuhan anak yang ketat, umumnya memiliki peraturan-peraturan yang tegas dan cepat. Orangtua yang menjalankan tipe pengasuhan anak semacam ini sudah pasti menjadikan dirinya pemimpin di rumah dan cenderung meminta rasa hormat dari anak setiap waktu.
Advertisement
Jelas, ada banyak konsekuensi yanga akan diterima anak bila tidak sesuai dengan permintaan orangtuanya.
Pakar stres management dan hypno parenting, Kirdi Putra, menyontohkan, ketika kita masuk sebuah jalan yang tidak ada rambunya, kemudian kita ditilang polisi. Lalu polisi memberitahu bahwa kita melanggar, namun karena tidak ada rambu, membuat kita tidak mengetahui bahwa sudah melanggar, namun polisi tetap memberi tahu bahwa kita sudah melanggar. Pastinya kita tidak terima bukan?
"Sama seperti yang sering terjadi pada anak. Coba bayangkan anak yang belum mengetahui apa kesalahannya namun tidak berani bicara, karena sekali ia bicara, anak akan dibilang membantah perkataan orang tua,” ujarnya.
Kirdi menambahkan, tipe pengasuhan seperti ini, selain akan membuat anak stres, juga akan berbekas dalam dirinya seumur hidup.
Di sisi lain, Pakar dan terapis hubungan asal Georgia, Muir-McClain, mengatakan, tipe pengasuhan anak semacam ini juga berisiko mengalienisasi anak di masa depan.
"Bisa jadi si anak akan memiliki residu kemarahan yang tertahan atau ada kekesalan terhadap orangtua yang membuatnya enggan terbuka. Ada pula kemungkinan anak tumbuh menjadi tipe seseorang yang keras kepala, atau justru menjadi tipe orang yang sensitif akibat kebutuhannya tak terpenuhi," ujarnya.
***Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.