Data Ekonomi Tiongkok Melemah, Harga Emas Menguat

Harga emas untuk pengiriman Agustus ditutup naik 1,4 persen atau US$ 1.339 per troy ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Jul 2016, 08:30 WIB
Harga emas untuk pengiriman Agustus ditutup naik 1,4 persen atau US$ 1.339 per troy ounce

Liputan6.com, New York - Harga emas kembali menguat pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Pelemahan data ekonomi Tiongkok dan juga dampak dari referendum Inggris menjadi pendorong permintaan akan aset-aset safe haven.

Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (2/7/2016), harga emas untuk pengiriman Agustus ditutup naik 1,4 persen atau US$ 1.339 per troy ounce di Divisi New York Mercantile Exchange.

Data manufaktur China mencatatkan penurunan terbesar dalam empat bulan terakhir. Indeks pembelian manufaktur China turun ke 50 pada Juni setelah tiga bulan sebelumnya membukukan kenaikan.

Selain itu, kekhawatiran ketidakpastian ekonomi dan politik pasca Brexit juga membuat permintaan akan instrumen safe haven seperti emas terus bertambah.

"Brexit merupakan salah satu pendorong penguatan harga emas," jelas Analis Linn Group Ira Epstein. Ia melanjutkan, dengan keluarnya data China, ketakutan investor semakin bertambah.

Matthew Turner, analis logam mulia Macquarie mengatakan bahwa data China tersebut memberikan gambaran bahwa pertumbuhan ekonomi dunia belum benar-benar pulih.

Dengan kondisi yang ada di Eropa dan Asia tersebut bisa membuat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal reserve (The Fed) menunda langkah-langkah untuk mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga.

Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga emas sedikit tertekan karena pelaku pasar sedikit mengambil langkah ambil untung setelah selama beberapa hari sebelumnya telah mengalami kenaikkan yang cukup besar. 

Pada perdagangan Kamis, harga emas untuk pengiriman Agustus turun US$ 6,3 atau 0,5 persen untuk menetap di US$ 1.320 per troy ounce.

 

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya