Liputan6.com, Nanjing - Sebuah temuan di dalam peti berusia 1.000 tahun ini memberikan titik terang bagi para ahli arkeologi. Menurut para peneliti, isi kotak emas berupa serpihan-serpihan tulang diduga milik Siddhartha Gautama.
Mereka mengatakan ada bongkahan tengkorak bercampur dengan sekumpulan sisa-sisa orang suci, sang Buddha.
Ajaran Siddhartha Gautama menjadi landasan agama Buddha.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Daily Mail yang dikutip pada Sabtu (2/7/2016), tim arkeologi mendapatkan temuan itu saat melakukan penggalian Kuil Buddha di Nanjing, China, pada 2010.
Ketika mereka membuka sebuah peti batu dalam ruang rahasia di bawah kuil, mereka menemukan stupa berhias yang lazim dipakai untuk meditasi.
Menurut Live Science, bentuknya berupa kotak berukuran panjang 117 cm dan lebar 45 cm, terbuat dari kayu cendana, emas, dan perak, bertatahkan permata. Kotak itu berisi tulang-belulang dan luarnya dihiasi dengan gambar bunga teratai, burung phoenix, dan 'penjaga-penjaga' kotak.
Tim itu kemudian melaporkan dalam Chinese Cultural Relics untuk menjelaskan tulisan yang tertera pada lemari batu yang bertarikh sekitar tahun 1.000 Masehi, sekaligus memeriksa nama para penyandang dana serta pembuat kuil itu. Demikian juga dengan pemeriksaan nama mereka yang tulang belulangnya ada di dalam kotak.
Penjelasan Live Science menyebutkan bahwa tulang-belulang itu ditemukan dalam kotak kecil emas yang tingginya kurang 8 cm, berada di dalam wadah perak yang lebih besar setinggi 20 cm.
Wadah itu terkunci di dalam stupa, di hadapan kotak-kotak yang tersimpan dalam lemari batu. Dengan demikian, dapat diduga bahwa isinya dianggap penting bagi para biarawan Kuil Bao’en Agung di Nanjing.
Tulisan-tulisan yang diukirkan pada pelindung laci batu menceritakan tentang bagaimana bagian tengkorak Buddha bisa sampai ada dalam kotak emas kecil di dalamnya.
Menurut seorang pria bernama 'Deming', setelah Buddha meninggal dunia, jasadnya dikremasi di sungai Hirannavati, hingga akhirnya raja yang sedang berkuasa saat itu membagi jasadnya dalam ribuan bagian. Ada 19 bagian yang dibawa ke China.
Salah satu serpihan tulang adalah tulang parietal (ubun-ubun tengah-belakang) dan bercampur dengan tulang belulang orang-orang suci, sang Buddha.
Tapi perjalanannya berbelok-belok sehingga tempat peristirahatan terakhir relik itu hancur saat masa kekacauan. Kuil itu didirikan kembali oleh Kaisar Zhenzong pada abad ke-11.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.