Liputan6.com, Surabaya - Demi mengharumkan nama Indonesia di ajang EcoShell Marathon Challenge Divers World Championship (DWC) di London, mobil Sapu Angin XI yang sempat terbakar beberapa hari yang lalu kini sedang dirakit ulang oleh Tim ITS.
Dosen pembimbing yang ikut mendampingi tujuh mahasiswa anggota tim Sapu Angin di London, Witantyo menuturkan mobil Sapu Angin yang sempat terbakar saat pengiriman via kargo pada Selasa, 28 Juni 2016, kini dirakit kembali. Pihak panitia lomba juga memberikan kesempatan tim ITS untuk bisa berlaga.
"Setelah selesai membersihkan sisa terbakarnya mobil, kami berusaha untuk mendesain ulang dari sisa bahan yang masih bisa digunakan. Serta kami berusaha keras untuk mengembalikan wujudkan mobilnya agar bisa jalan dan ikut lomba," tutur Witantyo dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 1 Juli 2016.
Witantyo mengatakan sasis dan sebagian bodi mobil serta beberapa mesin masih bisa digunakan. "Memang bentuknya jelek, tapi kami berharap performance dan endurance-nya masih bisa seperti hasil latihan terakhir saat latihan menjelang keberangkatan ke Inggris."
Ia menjelaskan kecepatan Mobil Sapu Angin XI sebelum terbakar mencapai 250 km per jam dan bisa ditingkatkan hingga 300 km per jam.
"Capaian itu, di atas kertas dengan konsumsi bahan bakar yang disediakan 90 persen dari apa yang pernah dicapai pada saat di Filipina bisa keluar sebagai juara," ucap Witantyo
Baca Juga
Advertisement
Witantyo mengharapkan doa restu dari semua masyarakat Indonesia supaya tantangan terberat yang dihadapi Tim mobil SA-XI masih tetap bisa berpacu dengan waktu untuk bisa masuk sekaligus lolos dari technical inspection, sehingga mobil bisa maju di arena lomba.
"Secara prinsip pihak panitia telah mempersilakan kami mendesain ulang mobil yang telah terbakar," kata Witantyo.
Dia juga menyampaikan, meskipun dalam keadaan berpuasa, TIM SA XI ini terus berusaha terus bersemangat karena sebelumnya sempat kecewa berat melihat mobilnya terbakar.
"Para mahasiswa juga masih tetap menjalankan ibadah puasa meski harus bekerja ekstra keras dengan waktu berpuasa lebih dari 19 jam. Mudah-mudahan semangat ini masih terus terjaga. Kami bukan hanya ingin mempersembahkan kemenangan nantinya buat almamater ITS, tapi juga buat bangsa Indonesia," ujar Witantyo.