Cerita Bahagia Pedagang Pantura di Tengah Geliat Tol Cipali

Di tengah geliat Tol Cipali, tak menyurutkan pedagang musiman di Pantura untuk menjajakan dagangannya. Ada cerita suka di momen itu.

oleh Audrey Santoso diperbarui 03 Jul 2016, 05:53 WIB
Pedagang musiman di Pantura muncul saat arus mudik.

Liputan6.com, Karawang - Eneng (36) merapikan kain batik bermotif cokelat yang digunakan menjadi selimut agar sang buah hati dapat terlindungi dari angin malam Lintas Pantai Utara (Pantura). Jumat malam kemarin, 1 Juli 2016 merupakan hari pertama balita kecil itu ikut Eneng berjualan minuman hangat dan camilan di pinggir Jalan Raya Simpang Cikalong, Karawang, Jawa Barat.

"Nggak sepi (pembeli) sih sekarang mah, tahun kemarin, iya," kata Eneng kepada Liputan6.com saat ditanya dampak beroperasinya Tol Cikampek-Palimanan (Cipali) bagi pengusaha kecil di sepanjang Lintas Pantura, Jumat malam (1/7/2016). 

Eneng mengatakan bus angkut penumpang yang setahun lalu beralih ke Tol Cipali, kini kembali melintasi jalan arteri atau non-tol. Dari pengakuan para supir bus mereka memilih jalur arteri karena tarif Tol Cipali dirasa mahal.

"Tahun sekarang mah bus umum ke jalan Pantura lagi. Cipalinya katanya kemahalan" ujar Eneng.

Usai melayani pembeli, Eneng kembali menghampiri balitanya yang terlelap di atas sebuah bale kayu. Ia duduk di sebelah anak perempuannya sambil menunggu pembeli yang mampir ke warung dadakannya. Lapak Eneng hanya beralaskan tanah, beratap terpal biru. Di situ berdiri meja kayu tempat Eneng menaruh dagangannya.

"Pas mudik ada jualannya. (Saya) Pedagang musiman, ini juga baru tadi siang mulai dagang," jelas Eneng.

Warga asli Cikalong Karawang ini mengaku berjualan minum dan makanan ringan hanya saat momen mudik Lebaran. Biasanya ia berjualan sejak H-5 sampai H-1 Hari Raya Idul Fitri. "Tahun kemarin juga gitu. Saya nggak lama-lama jualannya, tapi 24 jam bukanya. Banyakan yang mampir ke warung, pemudik yang pakai motor."

Buka sejak pukul 17.00 WIB, Eneng mengaku sudah mendapat keuntungan sekitar Rp 500 ribu pada jam 23.00 WIB. Ibu muda yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga sosial ini mengaku mampu mengantongi untung hingga Rp 5 juta jika berjualan sampai H-1 Lebaran.

"Saya kerja di desa, ngurusin kartu BPJS warga, Kartu Indonesia Pintar-nya anak-anak desa, Bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) untuk warga. Jualan ini iseng-iseng berhadiah saja, tapi hasilnya bisa Rp 5 juta," ungkap perempuan berkerudung ini.

Eneng mengaku tak memanfaatkan momen arus mudik untuk mengambil untung banyak dari dagangannya. Segelas minuman hangat seperti kopi dan susu sachet yang diseduh diberi harga Rp 4.000 sementara untuk mi instan dalam kemasan gelas seharga Rp 8.000.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya