Liputan6.com, Washington, DC - Aktivis sekaligus penulis Elie Wiesel, yang juga korban selamat dari kamp kematian, meninggal dunia. Peraih Nobel Perdamaian itu, tutup usia di Amerika Serikat, di mana menjadi tempat tinggalnya sejak tahun 1960-an, sekaligus menjadi warga negaranya
Wiesel, seorang filsuf dan pengajar serta aktivitis bagi dunia yang terlupakan meninggal di usia 87 tahun.
Advertisement
Lahir di Romania, Wiesel diganjar Nobel Perdamaian pada 1986. Panitia menganggapnya sebagai 'pembawa pesan kepada manusia' dan tokoh pembawa kedamaian saat dunia dilanda kekerasan, represi dan rasisme.
Kepastian kepergian penulis kondang itu diumumkan oleh Yad Vashem Holocaust Memorial, Sabtu 2 Juli 2016, seperti dilansir dari BBC, Minggu (3/7/2016), namun penyebab kematiannya tidak dijelaskan.
Pernah menjadi jurnalis, Elie menjadi kondang setelah menuliskan pengalamannya saat remaja ketika dibuang di kamp-kamp konsentrasi Nazi.
Di kamp konsentrasi itulah mantan jurnalis tersebut kehilangan ibu, ayah dan adik perempuannya.
Hidupnya yang didedikasikan untuk memastikan kebenaran kekejaman Nazi selama Perang Dunia II, membuatnya dijuluki sebagai "menara penerang" oleh Presiden World Jewish Congress.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menggambarkan mendiang sebagai "salah satu suara moral berpengaruh" saat ini.
Penyintas Holocaust itu lahir di Rumania pada 1928. Pada 1940, kota tempat tinggalnya, Sighet, merupakan salah-satu wilayah yang dikuasai Hungaria.
Empat tahun kemudian, semua warga Yahudi di kota itu - termasuk dirinya yang berusia 15 tahun dan keluarganya - dibuang ke kamp konsentrasi Auschwitz.
Ibu Elie Wiesel dan salah-seorang saudaranya dibunuh di ruangan gas. Adapun ayahnya tewas karena kelaparan dan disentri di kamp Buchenwald. Dua saudara lainnya selamat.
Setelah perang usai, Wiesel tinggal di sebuah panti asuhan Prancis dan kemudian menjadi seorang jurnalis.
Dia menulis lebih dari 60 buku dan diawali dengan karyanya yang berjudul Night - sebuah memoar tentang pengalamannya di kamp-kamp konsentrasi.