Mkhitaryan, Si Jago Bola dari Armenia Menembus Old Trafford

Mkhitaryan juga menguasai enam bahasa.

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 03 Jul 2016, 18:54 WIB
Henrikh Mkhitaryan yang kini sudah berstatus pemain Manchester United. (AFP/Christof Stache)

Liputan6.com, Manchester - Henrikh Mkhitaryan sempat memiliki masa kecil yang sulit. Itu saat ditinggal ayahnya yang meninggal dunia saat ia baru berusia tujuh tahun. Kini, pemain yang mengikuti jejak Ayah menjadi pemain sepak bola menjadi rekrutan ketiga Jose Mourinho di musim panas 2016.

Nama Mkhitaryan masuk dalam radar Mourinho setelah meneken kontrak dengan Manchester UnitedMkhitaryan benar-benar meninggalkan Borussia Dortmund menuju Old Trafford. Kepastian itu terungkap setelah Dortmund merilis pernyataan soal kepergian Mkhitaryan pada Sabtu (2/7/2016).

Ia adalah pemain ketiga rekrutan MU di bawah rezim Mourinho. Sebelumnya, Mourinho sudah lebih dulu mendaratkan bek muda dari Villarreal Eric Bailly dan Zlatan Ibrahimovic yang musim lalu berkostum Paris Saint-Germain. Publik tentu mengenal Mkhitaryan sebagai gelandang andalan Borussia Dortmund selama beberapa musim terakhir. Namun, tak banyak pihak yang mengetahui perjalanan hidup dan karier Mkhitaryan sejak kecil.

Henrikh Mkhitaryan


Lahir di Yerevan, ibukota Armenia, pada 21 Januari 1989, Mkhitaryan sempat menjalani masa kecil yang sulit. Maklum, ia harus kehilangan seorang ayahnya yang meninggal karena tumor otak pada usia 33 tahun. Saat itu, Mkhitaryan sendiri baru berusia tujuh tahun.

Kepergian ayahnya benar-benar mempengaruhi kehidupannya. Dia merasa bila ayahnya masih hidup, segala sesuatunya akan berbeda. Sekadar catatan, ayahnya, Hamlet Mkhitaryan, adalah penyerang ternama klub Ararat Yerevan pada era 1980-an."Saya percaya ia melihat saya dan bangga kepada saya," ucap Mkhitaryan.


Hijrah ke Prancis

Di awal 1990-an, Mkhitaryan dan keluarganya sempat memutuskan hijrah ke Prancis karena Hamlet saat itu dikontrak ASOA Valence. Mkhitaryan menghabiskan masa kecilnya di Valence. Ia selalu menonton ayahnya bertanding dan ikut ke tempat latihan.

Sejak kecil, ia telah merajut mimpi bisa mengikuti jejak ayahnya. Mkhitaryan kecil begitu kehilangan saat Hamlet pergi untuk selama-lamanya. Mkhitaryan dan keluarganya sendiri kembali ke Yerevan pada 1995.

Di tahun yang sama, Mkhitaryan mulai menimba ilmu sepak bola dengan bergabung di akademi FC Pyunik. Uniknya, Mkhitaryan juga bukan orang yang melupakan betapa pentingnya pendidikan. Buktinya, ia tercatat sebagai sarjana salah satu institut di Armenia. Ia juga dikenal sebagai pria yang menguasai enam bahasa. Ia bisa berbicara dalam bahasa Armenia, Rusia, Inggris, Jerman, Prancis, dan Portugis. Bahkan, ia juga sedikit tahu soal bahasa Italia.

Henrikh Mkhitaryan


Saat berusia 14 tahun, tepatnya pada 2003, Mkhitaryan sempat menjalani uji coba dengan Sao Paolo. Saat itu ia pun sempat berlatih bersama Hernanes dan Oscar. Namun, setahun kemudian ia kembali ke Pyunik karena pelatih Mihai Stoichita bersikeras memulangkannya.

Tepat pada 2006, Mkhitaryan akhirnya mendapat kesempatan untuk melakoni debutnya bersama tim utama Pyunik. Sejak itu, tempatnya di lapangan tengah Pyunik nyaris tak tergantikan. Tampil di 87 laga, Mkhitaryan mencetak 35 gol.

Dari Pyunik, ia hengkang ke Metalurh Donetsk di musim panas 2009 hanya dengan mahar 350.000 euro. Bersama Metalurh, Mkhitaryan terus menunjukkan kehebatannya. Dalam dua musim, ia unjuk gigi dengan koleksi 17 gol dan 11 assist dari 45 laga.


Bersinar di Shakhtar

Penampilan apiknya bersama Metalurh menarik perhatian Shakhtar Donetsk. Puncak kariernya sebagai pemain pun didapat bersama Shakhtar. Selain memenangi tujuh gelar bersama Shakhtar, Mkhitaryan menyumbang 44 gol dan 23 assist dari 106 laga.

Saat berada di Shakhtar, ia mendapatkan perlakuan yang istimewa. Para suporter di Donbass Arena memiliki tradisi setiap Mkhitaryan mencetak gol. Lagu Sabre Dance yang dinanyikan Aram Khachaturian, penyanyi asal Armenia, akan didengungkan di stadion saat Mkhitaryan mencetak gol.

Henrikh Mkhitaryan


Itu yang membuat Dortmund tak ragu merekrutnya d musim panas 2013 dengan mahar 27,5 juta euro. Sayang, meski tampil memukau, ia datang ke Dortmund di saat yang tidak tepat. Alhasil, sumbangan 41 gol dan 49 assist-nya hanya menghasilkan Piala Super Jerman 2014.

Di level timnas, Mkhitaryan sudah merintis kariernya sejak 2006 dari level U-17. Kesempatan membela tim senior Armenia didapat setahun kemudian. Hingga kini, ia sudah mengoleksi 59 caps dan 19 gol. Jumlah itu membuatnya terdaftar sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Armenia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya