Liputan6.com, Jakarta - Selain harus menggunakan etika, pengendara pun dituntut memiliki kemampuan yang mumpuni, terutama soal respons mereka saat menangani kondisi darurat.
Oleh karena itu, Kepala Instruktur Rifat Drive Labs, Herry Wahyudi, berbagi ilmu soal jurus yang bisa diterapkan oleh pemotor.
"Remnya harus dipompa dalam artian dikocok. Ini supaya roda tidak terkunci. Bila terkunci akan selip," jelas dia.
Teknik ini seperti teknolgi ABS (anti-lock brake system) yang sudah diterapkan di banyak mobil. Beberapa motor sudah menggunakan ABS. Hilangnya traksi akibat pengereman, membuat sepeda motor tidak bisa dikendalikan arahnya.
Nah, secara umum dia menjelaskan ada sejumlah teknik pengereman. Pertama, bila melaju pada kecepatan di bawah 30 km/jam, tidak disarankan mengurangi penggunaan rem depan.
Baca Juga
Advertisement
Kemudian, bila melaju pada kecepatan di atas 30-80 km/jam harus mengombinasikan rem pada roda belakang dan depan. Bila melebihi 80-100 km/jam idealnya memperbanyak penggunaan rem depan.
"Remnya harus dipompa dalam artian dikocok. Ini supaya roda tidak terkunci. Bila terkunci akan selip," jelas dia.
Atas dasar itu, pemotor harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. "Ngerem sepeda motor itu tidak mudah. Sulit," tuntas dia.
(gst/sts)