Liputan6.com, Madrid - Zinedine Zidane baru saja merayakan kisah romantisnya bersama Real Madrid yang sudah berlangsung selama 15 tahun. Mantan gelandang Timnas Prancis itu datang ke Santiago Bernabeu Stadium untuk pertama kalinya pada 4 Juli 2001. Ketika itu, Presiden Madrid, Florentino Perez merekrut Zidane dari Juventus dengan nilai transfer 72 juta euro. Zidane pun menjadi pemain termahal di dunia.
Baca Juga
- Ronaldo dan Pepe Tangan Kanan Pelatih Portugal
- Mourinho dan Guardiola di Mata Ibrahimovic
- 6 Bintang MU yang Pernah Liburan ke Bali
Advertisement
Pria yang saat ini berusia 44 tahun itu sukses mempersembahkan enam gelar untuk Los Blancos (sebutan Madrid) seat masih menjadi pemain, yakni La Liga (2002/03), Supercopa de Espana (2001 dan 2003), Liga Champions ( 2001/02), UEFA Super Cup (2002), serta Piala Intercontinental (2002)
Dia mengakhiri kariernya sebagai pemain bersama Madrid pada 2006. Lima musim bersama Los Blancos dia mencetak 45 gol dari 247 penampilan di semua kompetisi.
Meski memutuskan pensiun sebagai pemain, Zidane tetap melanjutkan kariernya bersama Madrid. Hingga kini, dia sudah 15 tahun mengabdi untuk Los Blancos.
Apa saja momen terindah Zidane selama 15 tahun bersama Madrid? Simak di halaman selanjutnya.
Tendangan Voli Menakjubkan
Tendangan Voli Menakjubkan
Zidane menjadi penentu kemenangan Madrid di final Liga Champions musim 2001/02. Ketika itu, Los Blancos menghadapi Bayer Leverkusen di Hampden Park, 15 Mei 2002.
Madrid unggul lebih dahulu berkat gol yang dicetak Raul Gonzales pada menit kedelapan. Namun, Leverkusen mencetak gol balasan pada menit ke-13 melalui Lucio.
Pada masa injury time babak pertama, Zidane membuat penonton di Hampden Park tercengang. Dia mencetak gol menakjubkan dari dalam kotak penalti. Dia melepaskan tendangan voli yang mengunci kemenangan Real Madrid atas Bayer Leverkusen dengan skor 2-1.
Advertisement
Menyihir Publik Bernabeu
Menyihir Publik Bernabeu
Lima tahun bersama Los Blancos, Zidane menyihir publik Santiago Bernabeu Stadium dengan gaya permainannya yang sangat elegan. Bahkan, kemampuannya dinilai lebih hebat dari Pangeran Madrid, Raul Gonzales.
Kontrol bola, akurasi tembakan, hingga mengumpan dengan tumit selalu disuguhkan Zidane. Setiap menggunakan jersey Los Blancos, dia selalu memikirkan cara meraih kemenangan.
Banjir Air Mata di Bernabeu
Pada 7 Mei 2006, Zidane memutuskan untuk mengakhiri kariernya bersama Madrid. Pertandingan melawan Villarreal di Santiago Bernabeu menjadi partai terakhirnya bersama Los Blancos.
Usai pertandingan, pendukung Madrid yang memenuhi Santiago Bernabeu menangis melepas kepergian mantan pemain Juventus tersebut. Bagi Madridista, kehadiran Zidane selama lima musim sangatlah berharga dan tidak tergantikan.
Piala Dunia 2006
Piala Dunia 2006
Zidane punya peran besar membawa Prancis ke partai final Piala Dunia 2006. Kehadirannya di lini tengah Ayam Jantan --sebutan Timnas Prancis-- sukses menyingkirkan dua negara tangguh, Portugal dan Brasil.
Sayangnya, aksi ciamik Zidane rusak karena kartu merah yang diterimanya akibat menanduk bek Italia, Marco Materazzi. Zidane melakukan hal tersebut karena Materazzi telah menghina keluarganya.
Hilangnya Zidane menjadi kerugian untuk Prancis. Ayam Jantan pun kalah dengan skor 3-5 dalam drama adu penalti dari Italia.
Advertisement
Asisten Pelatih
Asisten Pelatih
Pada 1 Juni 2009, Florentino Perez kembali menjadi Presiden Madrid untuk kali kedua. Pada kesempatan ini, dia memberikan kesempatan Zidane untuk mulai belajar untuk menjadi pelatih Madrid.
Namun, Perez tak langsung menunjuk Zidane sebagai pelatih utama. Zizou --sapaan Zidane-- menjadi asisten pelatih. Meski demikian, Zidane secara perlahan tapi pasti berhasil mengembangkan dirinya di dunia kepelatihan.
Perez menunjuk Zidane sebagai asisten pelatih untuk menghubungkan antara manajemen dan pemain Madrid. "Zidane bisa membantu mengoptimalkan kerja tim. Dia menjadi perantara antara presiden, pelatih, dan pemain," bunyi pernyataan resmi klub.
Buktinya, Zidane menjadi dalang utama pemecatan Jose Mourinho sebagai pelatih Los Blancos. Zidane membocorkan kegaduhan yang terjadi antara Mourinho dan beberapa pemain Madrid.
Menaklukkan Lisbon
Menaklukkan Lisbon
Pada musim 2013/14, Zidane membantu pelatih utama Madrid, Carlo Ancelotti meraih gelar kesepuluh Liga Champions atau biasa disebut La Decima.
Dalam laga yang berlangsung di Estadio da Luz, Lisbon, Real Madrid tertinggal 0-1 dari Atletico Madrid berkat gol Diego Godin. Madrid baru bisa menyamakan kedudukan di masa injury time melalui sundulan Sergio Ramos.
Di babak tambahan, Los Blancos berhasil menciptakan tiga gol lagi melalui Gareth Bale, Marcelo, dan Cristiano Ronaldo. Pada laga ini, Zidane berperan sebagai motivator untuk penggawa Madrid agar tidak menyerah sebelum wasit meniup peluit terakhir.
Advertisement
Suksesor Benitez
Suksesor Benitez
Pada 4 Januari 2016, Madrid memecat pelatih utamanya, Rafael Benitez dan menunjuk Zidane sebagai carataker. Awalnya banyak yang meragukan Zidane bisa menjadi pengganti yang tepat.
Namun, pria berusia 44 tahun tersebut berhasil membungkam kritikan yang meragukan kualitasnya. Zidane berhasil membawa Madrid tampil pada final Liga Champions musim 2015/16 melawan Atletico Madrid di San Siro, Milan.
Sergio Ramos membuat Madrid unggul pada menit ke-15. Namun, Yannick Carrasco menyamakan kedudukan pada 10 menit terakhir. Derby Madrid di final Liga Champions itu pun harus diselesaikan dengan cara adu penalti.
Pada babak 'tos-tosan', tidak ada satu pun pemain Madrid yang gagal mengeksekusi tendangan penalti. Los Blancos menang 5-3. Zidane kembali memenangkan Liga Champions bersama Madrid.
Itu merupakan gelar ketiga Liga Champions sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih Madrid.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.