Liputan6.com, Banyumas - Longsor besar di kawasan Banyumas, Jawa Tengah memang sudah berlalu beberapa pekan. Namun bagi Sudiyono, warga Dusun Plandi, trauma longsor masih menghantuinya. Ia merasa hidupnya tak tentu karena longsor susulan sangat mungkin terjadi.
"Retakan di atas bukit sudah mencapai satu kilometer lebih," kata Sudiyono, Selasa, 5 Juli 2016.
Pada Minggu sore kemarin, Sudiyono bahkan hampir tertimbun longsor lagi. Ia yang selama ini bertugas mengantarkan orang sakit ke Puskesmas menggunakan sepeda motor kelelahan pada hari itu.
Ia pun tidur di rumahnya. Hujan turun dengan deras. Saat ia bangun, lumpur sudah masuk rumahnya. Membanjir dari arah longsoran besar di atas tebing yang berada di belakang rumahnya.
"Saya kira saya akan mati, tapi saya masih bisa berlari," ujar Sudiyono.
Baca Juga
Advertisement
Ia mengaku tak bisa tidur nyenyak di malam hari. Hal ini juga diakui oleh warga lainnya, Tarsudi. Trauma longsor kembali menerjang desa itu, kini warga dusun itu tidur pada siang hari.
"Kami berharap pemerintah merelokasi kami. Tapi jika tidak, kami terpaksa tinggal di sini," kata Tarsudi.
Tarsudi yang lahir pada 1945 mengaku longsor besar yang dialami mereka baru pertama kali terjadi. "Dulu memang ada longsor, tapi kecil-kecil," kata dia.
Ia mengatakan, longsor baru muncul setelah hutan heterogen di desa itu dibuka Perhutani. Tanamannya menjadi homogen, yakni pohon pinus.
Sebelum dibuka, ia biasa bertemu dengan monyet, kijang, babi hutan, dan satwa liar lainnya. Kini hewan-hewan itu sudah tidak ada seiring pembukaan lahan untuk tanaman pinus.