3 Penyebab Persija Jakarta Terpuruk

Usai tandang ke Perseru Serui, 22 Mei 2016 lalu, penampilan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan cenderung mengalami penurunan.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Jul 2016, 06:00 WIB
Persija Jakarta (indonesiansc.com)

Liputan6.com, Jakarta - Persija Jakarta boleh dibilang mengalami penurunan drastis di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Bukan tanpa sebab, penurunan ini membuat Macan Kemayoran terjun bebas dari posisi empat besar sampai ke urutan 12.

Baca Juga

  • Ibrahimovic: Saya Tidak Level Main di Liga Prancis
  • Stoner Kembali ke MotoGP Bulan Ini?
  • Mourinho Segera Perpanjang Kontrak Maskot MU

Sejatinya, anak asuh Paulo Camargo ini memulai gelaran TSC 2016 dengan apik. Mereka sukses menahan imbang Persipura Jayapura di markasnya, dan dua kali beruntun meraih kemenangan di kandang atas Semen Padang dan Persela Lamongan.

Akan tetapi, usai lawatannya dari Perseru Serui, 22 Mei 2016 lalu, penampilan Bambang Pamungkas cs cenderung mengalami penurunan. Tercatat, dari enam laga terakhir, Persija baru berhasil meraih satu kemenangan saja melawan PS TNI 10 Juni 2016.

Bahkan, dari enam laga tersebut, empat di antaranya harus berakhir dengan kekalahan. Tentu, ini menjadi pekerjaan rumah yang berat dan harus diselesaikan oleh Camargo sesegera mungkin.

Apalagi, usai Hari Raya Idul Fitri, Macan Kemayoran sudah ditunggu lawan berat, yakni Persib Bandung. Bila terus seperti ini, bukan tak mungkin Persija kembali terperosok di daftar klasemen.

Berikut faktor yang melatari penurunan Persija di ajang Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo:


Absennya Jose Adolfo Guerra

Penyerang Persija, Jose Adolfo Guerra melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Persela pada lanjutan Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo di Stadion GBK Jakarta, Jumat(13/5). Persija menang 2-1. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

1.) Absennya Jose Adolfo Guerra

Macan Kemayoran memang harus kehilangan striker asingnya, Jose Guerra sejak melawan Perseru. Striker asal Kolombia ini terpaksa menepi lantaran masalah pada lututnya.

Praktis, absennya Guerra membuat stok di lini depan Persija menipis. Meski ada nama Bambang Pamungkas, Rahmad Affandi, dan Aldi Al Achya, Persija seperti kehilangan taji di kotak penalti lawan.

Bambang Pamungkas, kualitasnya tentu tak usah diragukan lagi. Namun, penyerang kelahiran Salatiga ini sudah lumayan udzur. Pergerakannya tentu sudah tak seaktif beberapa tahun lalu, hal ini terlihat setelah Bepe belum mencetak satu gol pun untuk Macan Kemayoran.

Selain Bepe, ada nama Rahmad Affandi. Pemain asli Betawi ini memang bisa menjadi kartu sakit Persija. Namun masalahnya, Rahmad Affandi juga masih didera cedera kambuhan yang memaksanya beberapa kali harus absen.

Sedang, Aldi Al Achya belum bisa membuat Camargo percaya. Jelas, ini karena usianya yang masih muda. Apalagi, Aldi bukan tipikal goal getter yang bisa jadi ujung tombak Macan Kemayoran.


2.) Hanya Mengandalkan Seorang Ambrizal Umanailo

Ambrizal Umanailo (Liputan6.com/Helmi Fitriansyah)

2.) Hanya Mengandalkan Seorang Ambrizal Umanailo

Penampilan impresif Umanailo musim ini memang menjadi penemuan brilian dari Camargo. Usianya yang baru menginjak 19 tahun, pemuda kelahiran Tulehu ini tampil cukup impresif untuk Persija.

Tak ayal, Umanailo kini menjadi tulang punggung permainan Macan Kemayoran. Namun, Persija jelas terlihat malah semakin mengandalkan Umanailo.

Beberapa kali, pola permainan mereka hanya tertuju kepada Umanailo seorang. Namun, ini bak dua sisi mata pisau buat Persija.

Pada satu sisi bisa menguntungkan, tapi lainnya permainan Persija jelas terbaca. Sangat jelas terlihat, terutama kala Persija digulung tiga gol tanpa balas oleh Pusamania Borneo FC (PBFC).

Umanailo dijaga cukup ketat, oleh setidaknya tiga pemain PBFC, yakni Zulkifli Syukur, Firly Apriansyah, dan Tarik Boschetti. Pertandingan itu jelas, ketiga pemain ini beberapa kali menjegal laju dari Umanailo. Praktis, pergerakan Umanailo terkunci. Hal ini sontak membuat permainan Macan Kemayoran juga seperti buntu.


Tak Punya Playmaker Murni

Pemain Persija Jakarta, Hong Soon-Hak saat mendampingi timnya pada laga uji coba melawan Villa 2000 di Lapangan POR Pelita, Sawangan, Depok, Sabtu (23/4/2016). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

3.) Tak Punya Playmaker Murni

Penampilan Persija pada awal TSC 2016 terbilang menarik disaksikan, ini karena seorang Hong Soon-Hak bermain lumayan enerjik. Daya jelajahnya patut diacungi jempol.

Akan tetapi, Hong Soon-Hak bukanlah seorang playmaker murni. Posisinya lebih kepada deep lying playmaker. Dia bagus, kala ditempatkan di sepertiga permainan Persija.

Akan tetapi, Persija jelas butuh seorang pengatur irama permainan. Sosok seperti Robertino Pugliara jelas dibutuhkan oleh Persija.

Hal ini terasa kala Hong Soon-Hak yang juga sudah memasuki umur 35 tahun harus absen karena berbagai alasan. Persija seperti kehilangan arah permainan. Mereka hanya mengandalkan umpan-umpan panjang yang pastinya sangat mudah ditebak.

Persija memang memiliki Syahroni. Namun, dia baru saja kembali usai absen sekitar dua bulan karena cedera lututnya. Jelas, ini harus segera diselesaikan oleh Camargo bila Persija masih bernafsu juara. Mumpung, TSC 2016 baru berjalan 9 pekan.

(I. Eka Setiawan)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya