Liputan6.com, Yogyakarta - Ngabekten atau sungkeman adalah salah satu upacara yang diselenggarakan di lingkungan Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat.
Ritual ini biasanya digelar pada saat momen-momen tertentu, misalnya pada setiap Hari Raya Idul Fitri atau acara-acara khusus lainnya.
Advertisement
Namun sejak tahun lalu saat acara ngabekten, kursi untuk para rayi dalem atau adik-adik Sultan HB X sudah tidak ada.
Hal ini seiring konflik internal Kraton Yogyakarta sejak dikeluarkannya Sabda Raja pada tahun lalu. Para rayi dalem tidak setuju dengan Sabda Raja karena dianggap melanggar paugeran (aturan adat) kraton.
Berita ini berhasil menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional, Rabu (6/7/2016).
Dua berita lainnya yang tak kalah menarik adalah puluhan TNI dan Polri membakar markas pembakar hutan seluas 100 hektare dan pemeran yang dilakukan tukang parkir di kawasan Titik Nol Yogyakarta.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Tidak Ada Lagi Kursi untuk Adik-Adik Sultan Yogya saat Ngabekten
Dua tahun lalu kursi untuk para rayi dalem (adik-adik Sultan) di acara ngabekten di lingkungan Kesultanan Yogyakarta masih tersedia. Namun kini tidak ada lagi.
"Para rayi dalem sekarang digabung dengan sentono atau saudara dekat Sultan," ujar GKR Hayu, putri keempat Sultan HBX sekaligus Penghageng Tepas Tanda Yekti Kraton Ngayogyakarta, Selasa, 5 Juli 2016.
Menurut Hayu, hal itu tidak mengganggu tata pemerintahan di Kraton Ngayogyakarta.
Konflik internal Kraton Ngayogyakarta berlangsung sejak dikeluarkannya Sabda Raja pada tahun lalu. Salah satunya mengangkat GKR Mangkubumi atau Pembayun sebagai putra mahkota.
Selengkapnya...
2. TNI dan Polri Bersenjata Bakar Markas Pembakar Hutan 100 Ha
Puluhan personel gabungan TNI, Polri dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau bersenjata membakar sebuah rumah di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Kabupaten Pelalawan.
Rumah itu adalah merupakan markas para perambah liar untuk menebang, membakar, dan menanam sawit di kawasan marga satwa itu.
"Perambah ini sangat terorganisir. Mereka menebang hutan dan menanamnya dengan sawit. Mereka juga melakukan pembakaran. Data kemarin ada lebih kurang 100 hektare hutan yang terbakar dan dirambah," kata Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Marsma Henri Alfiandi.
Namun sayangnya tak ada satupun perambah ditemukan, meski patroli dilakukan pada radius 5 kilometer.
Selengkapnya...
3. Manfaat Lebaran, Tukang Parkir Titik Nol Jogja 'Peras' Pengendara
Libur Lebaran dimanfaatkan tukang parkir di kawasan Titik Nol Yogyakarta untuk mengais keuntungan.
Tak tanggung-tanggung, tarif yang ditarik pun jauh di atas harga normal. Rp 20 ribu untuk mobil dan Rp 5 ribu untuk sepeda motor. Padahal berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2012, untuk sepeda motor sebesar Rp 1.000, mobil Rp 2.000, dan bus Rp 15.000.
"Di Jakarta saja, kalau di tepi jalan parkir hanya Rp 5.000," ujar Samsudin (40), wisatawan asal Jakarta yang memarkir mobilnya di Titik Nol.
Menurut salah satu tukang parkir, Slamet Riyadi (55), kenaikan tarif parkir sudah menjadi kesepakatan. Rencananya, kenaikan tarif parkir masih diterapkan sampai sesudah Salat Ied di Alun-Alun Utara pada Rabu (6/7/2016).