Macet di Brebes Bikin Nyawa Melayang?

Kabar sejumlah pemudik meninggal dunia diduga akibat kemacetan parah saat arus mudik dibantah pihak berwenang.

oleh Muhammad AliSilvanus AlvinAndreas Gerry TuwoYusron FahmiNila Chrisna Yulika diperbarui 08 Jul 2016, 00:01 WIB
Ribuan kendaraan terjebak kemacetan di pintu tol Brebes Timur, Jawa Tengah, Minggu (3/7). Hingga pukul 13.00 WIB, antrean kendaraan di Jalur teraebut telah mencapai 20 kilometer. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Brebes - Seorang ibu turun dari bus Sumber Alam dengan tujuan ke Yogyakarta. Perempuan berusia 50 tahun itu sempat singgah di salah satu posko arus mudik 2016 di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ia bermaksud untuk buang air kecil, namun sebelum masuk toilet pingsan.

"Mengetahui hal itu, tim kesehatan dan kepanduan kami di posko mudik dengan sigap langsung memberikan pertolongan pertama dan membawa ke puskesmas karena kondisi korban yang kritis," ucap Ketua Bidang Kepanduan dan Olahraga DPW PKS Jawa Tengah Amir Darmanto saat dihubungi melalui telepon di Semarang, seperti dikutip dari Antara, Selasa malam, 5 Juli 2016.

Sesampainya di puskesmas terdekat setelah menerobos kemacetan, ternyata korban telah meninggal dunia. "Kami berusaha semampu kami, tapi ternyata Allah mencintai beliau di bulan penuh berkah ini dan tadi pagi jenazah korban sudah dibawa ke rumah duka di Yogyakarta," kata Amir.

Ribuan kendaraan terjebak kemacetan di pintu tol Brebes Timur, Jawa Tengah, Minggu (3/7). Seluruh 8 gardu tol di pintu keluar Brebes Timur pun dioperasikan dan diperkiran puncak arus mudik pada hari hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemudik tersebut meninggal dunia karena diduga kelelahan setelah terjebak dalam kemacetan parah arus mudik Lebaran 2016 di pintu keluar Tol Brebes Timur atau Brebes Exit.

"Kami sudah berusaha menolong menyelamatkan nyawa Ibu Suharti (50) yang kelelahan tapi tidak berhasil," Amir mengungkapkan.

Lantaran itulah, ia mengimbau para pemudik agar mempersiapkan diri sebaik mungkin guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ketika mengalami kemacetan selama dalam perjalanan mudik ke kampung halaman masing-masing.

"Kemacetan lalu lintas yang parah rawan menyebabkan dehidrasi bagi para pemudik," ujar Amir.


Menhub Tak Percaya

Kabar pemudik yang diduga meninggal lantaran terjebak macet di Brebes, sampai ke telinga Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan. Namun ia tak percaya. Sebab, menurut Menhub, terjebak macet tidak bisa membuat seseorang kehilangan nyawa.

"Orang meninggal bisa dengan cara macam-macam. Kalau ada yang mengutip ada yang meninggal karena macet, kok saya baru tahu ini seumur hidup saya," ujar Jonan di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 6 Juli 2016.

Jonan yakin orang yang meninggal saat perjalanan mudik sudah mengidap penyakit sebelumnya. "Kalau tidak mengidap penyakit sebelumnya, saya kira enggak akan meninggal. Masa kemacetan bisa menimbulkan orang meninggal," dia menegaskan.

Jonan menuturkan kecelakaan merupakan faktor yang masuk akal membuat seseorang meninggal dunia, bukan macet. Secara logika, menurut dia, berpuasa 12 jam saja manusia bisa bertahan hidup.

Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan memeriksa sabuk pengaman bus pengemudi yang tidak berfungsi, Jakarta, Jumat (24/6). Menhub Jonan tinjau kesiapan Terminal Kampung Rambutan jelang arus mudik. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

"Ada yang bilang macet 12 jam dehidrasi. Kalau puasa berapa jam? Lebih saya kira 12 jam, buktinya tidak apa-apa juga. Ini kan cuma duduk-duduk saja. Menurut saya ini sudah mengidap penyakit sebelumnya atau apa," Jonan menandaskan.


Klarifikasi Kemenkes

Tak hanya Menhub, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Oscar Primadi juga membantah adanya kabar belasan pemudik meninggal dunia karena terjebak kemacetan di Brebes.

"Mengklarifikasi bahwa kejadian tersebut terjadi dalam 3 hari sejak 3 hingga 5 Juli, di berbagai tempat, dengan berbagai faktor risiko. Bukan akibat macet dalam 1 hari dan 1 tempat yang sama seperti diberitakan sejumlah media," kata Oscar dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 7 Juli 2016.

Saat ini Kemenkes telah menyiagakan 3.583 sarana kesehatan. Terdiri dari 870 Posko Kesehatan, 2.000 Puskesmas, 371 RS, dan 207 Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). "Bila lelah, mengantuk, atau merasa kurang prima, para sopir atau pemudik bisa manfaatkan fasilitas ini. Setelah segar, perjalanan dapat dilanjutkan," imbau Oscar.

Kendaraan pemudik melintasi jalan tol Pejagan-Pemalang, Banjar Anyar, Brebes, Jawa Tengah, Kamis (16/7/15). Berdasarkan pantauan petugas di posko Tol Pejagan, pada H-1 terjadi peningkatan kendaraan hingga 50 persen. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Oscar menyampaikan keprihatinannya terhadap masyarakat yang meninggal dunia, baik karena kecelakaan lalu lintas, sakit saat dalam perjalanan, atau sebab lainnya. Agar kejadian serupa tidak terulang, Oscar meminta masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan.

Penjelasan serupa disampaikan Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI Achmad Yurianto. Menurut dia, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab pemudik meninggal dunia, yakni kelelahan dan kekurangan cairan yang dapat berdampak fatal.

Apalagi pada kelompok rentan anak-anak, orang tua, pemudik dengan penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, dan jantung, dapat meningkatkan risiko.

"Ditambah lagi kondisi kabin kendaraan yang relatif sempit serta tertutup dengan pemakaian AC terus-menerus akan menurunkan oksigen serta naiknya CO2," Yurianto menjelaskan.

Sementara itu, seperti halnya Menhub, Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Polisi Condro Kirono menyatakan tidak ada pemudik meninggal karena kemacetan panjang yang terjadi di Brebes saat arus mudik Lebaran.

Menurut dia, kematian belasan pemudik yang diduga akibat kemacetan saat arus mudik di wilayah Brebes harus dibuktikan secara medis. "Harus ada rekam medisnya, pemeriksaan tubuh luar maupun dalam," kata Condro di Semarang seperti dikutip dari Antara, Kamis, 7 Juli 2016.

Ia mempertanyakan apakah pemeriksaan terhadap kondisi para pemudik meninggal tersebut sudah dilakukan oleh dokter.

"Silakan konfirmasi kepada yang membuat pernyataan seperti itu. Kalau penyebab kematiannya karena kecelakaan, silakan konfirmasi kepada saya. Akan tetapi, kalau penyebab kematian karena kemacetan itu tidak ada," kata Condro.

Jangan Lapor Polisi

Adapun Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Irjen Agung Budi Maryoto angkat bicara terkait kabar belasan pemudik meninggal dunia saat terjebak macet di Brebes, Jawa Tengah. Dia mengatakan, jika ada pemudik yang sakit jangan panggil polisi.

Petugas berjaga di lokasi saat pemberlakuan contra flow di dalam Tol Brebes, Jawa Barat, Senin (4/7). Contra flow tersebut diberlakukan untuk memecah kemacetan di Tol Pejagan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Agung mengatakan, tindakan memanggil polisi saat sakit di tengah macet tak tepat dilakukan. Sebab, polisi tak punya keahlian menyembuhkan orang.

"Kalau warga sakit lapornya bukan ke polisi. Siapa polisi yang bisa tahu siapa yang sakit dalam mobil, enggak ada," sebut Agung di Kantor NTMC Polri, Kamis, 7 Juli 2016.

"Bicara sakit bukan lapor polisi, tapi Puskemas, dokter," dia menambahkan.

Lebih lanjut Agung mengatakan, tidak ada pemudik yang meninggal karena macet di mudik tahun ini. Sebab, dari data Kementerian Kesehatan, pemudik yang meninggal saat mudik semuanya disebabkan sakit.

"Dari analisa dan info Kemenkes meninggal karena sakit, bukan karena macet, tapi jantung," ujar Agung.

Ia pun menekankan, kejadian serupa juga terjadi di jalur mudik lainnya. "Bukan terjadi di Brebes saja. Ada di Purwokerto, Purworejo, dan Magelang. Hanya beritanya seolah Brebes, padahal tidak benar."

Agung menambahkan, meski sebelumnya dia meminta masyarakat yang sakit saat macet arus mudik tidak memanggil polisi, bukan berarti polisi tidak peduli.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya