Cerita Si Telur Merah yang Muncul Begitu Ramadan Usai

Telur merah dipercaya sebagai simbol harapan dan berkah.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Jul 2016, 07:49 WIB
(Switzy Sabandar/Liputan6.com)

Liputan6.com, Yogyakarta - Ramadan usai, terbitlah Syawal. Pada momen-momen seperti ini, biasanya si ndog abang atau telur merah muncul.

Ndog abang hanya muncul saat gerebek Keraton Yogyakarta, baik Syawal, maulud, maupun suro. Kemasannya cukup unik, warna kulit telur rebus yang merah cukup mencolok mata. Lalu sehelai ruas bambu ditancapkan secara vertikal ke telur tersebut.

"Warna merah berasal dari teres atau pewarna makanan," ujar seorang penjual telur merah di Keben Keraton Yogyakarta, Mangku Sutrisno (80) di Yogyakarta, Kamis 7 Juli 2016.

Perempuan yang sudah puluhan tahun berjualan ndog abang ini menyediakan 30 butir telur bebek yang dijual seharga Rp 3.000 per buahnya. Pada hari biasa, ia tidak berjualan telur merah, melainkan ubi, tempe besengek, dan ketan.

"Ini khusus dijual saat gerebek Syawal atau maulud, kadang di Sekaten juga ada tetapi tidak pasti," ucap warga Jalan Parangtritis, Yogyakarta itu.

Menurut dia, telur merah dipercaya sebagai simbol harapan dan berkah. Filosofinya, telur yang berwarna putih identik dengan simbol laki-laki serta cangkang merah simbol perempuan. Keduanya melambangkan kelahiran dan harapan.

Sementara, sehelai ruas bambu yang ditancapkan ke telur menyimbolkan hubungan manusia dengan Tuhan.

Mangku menambahkan, telur merah biasanya disantap bersama dengan ketan srundeng. Untuk menu yang satu itu, ia mematok harga Rp 2.000 per bungkus.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya