Liputan6.com, London - Di tengah proses perceraian yang rumit dari Uni Eropa (UE), muncul kabar bahwa Inggris akan kembali dipimpin oleh perdana menteri (PM) perempuan. Ini bisa terjadi karena satu-satunya laki-laki anggota parlemen asal Partai Konservatif, Michael Gove, tersingkir dari pencalonan sehingga menyisakan dua kandidat wanita.
Dua calon PM perempuan itu antara lain Theresa May dan Andrea Leadsom. May saat ini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri sementara Leadsom menduduki kursi Menteri Energi.
Advertisement
Menanggapi pencalonannya, May mengatakan ia senang telah memenangkan begitu banyak dukungan dari rekan-rekan satu partainya.
"Saya telah memenangkan suara dari seluruh anggota parlemen Konservatif lintas golongan - mulai dari sayap kiri hingga kanan, pendukung kampanye Leave juga Remain," ujar May seperti dilansir CNN, Jumat (8/7/2016).
Dalam kontes pemilihan pemimpin Partai Konservatif sekaligus PM Inggris, May yang merupakan pendukung kubu 'Remain' itu dilaporkan berhasil unggul dengan 199 suara. Sementara pesaingnya, Leadsom hanya mampu memenangkan 84 suara disusul Gove dengan 46 suara.
"Pemungutan suara ini menunjukkan bahwa Partai Konservatif bisa kompak, dan di bawah kepemimpinan saya, dan memang akan seperti itu," tegas May.
Sementara itu, Gove menerima kekalahannya. Ia mengaku kecewa, namun pada saat yang sama ia menegaskan satu hal 'penting'.
"Siapa pun pemimpin pemerintahan berikutnya di negara ini, pastinya ia adalah PM perempuan, dan ia memiliki kemampuan yang hebat. Dan saya tahu siapa pun yang menjadi pemenang di antara keduanya, ia akan memimpin negeri ini dengan baik," ungkap Gove.
Gove dan rekan separtainya, Boris Johnson dikenal sebagai pengusung kampanye Leave yang menginginkan Inggris melepas keanggotaannya di UE. Sebelumnya, Gove dikabarkan mendukung pencalonan Johnson sebagai pengganti PM David Cameron, namun belakangan ia menarik dukungannya dan justru mengajukan diri sendiri.
PM Perempuan Kedua Setelah Margaret Thatcher
Isu kepemimpinan di pemerintahan Inggris mengemuka pasca-Brexit yang diikuti dengan pengumuman pengunduran diri PM Cameron. Secara resmi, ia akan meninggalkan Downing Street 10 --kediaman sekaligus kantor PM Inggris-- pada Oktober mendatang setelah penggantinya terpilih.
Pemilihan pun digelar oleh Partai Konservatif untuk menentukan siapa sosok yang akan memimpin partai politik itu dan secara otomatis juga akan menjabat sebagai PM Inggris berikutnya.
Sekitar 150 ribu anggota parlemen asal partai itu akan memberikan suara mereka kepada dua kandidat yang tersisa, May dan Leadsom. Hasil pemungutan suara nantinya akan diumumkan 9 September mendatang saat ini ada desakan yang meminta agar proses ini dipercepat menyusul situasi penuh ketidakpastian yang tengah dihadapi Britania Raya.
Baik May atau Leadsom yang terpilih, keduanya sama-sama akan dicatat sejarah sebagai perempuan kedua yang menduduki kursi PM Inggris setelah sang 'Iron Lady', Margaret Thatcher.