Liputan6.com, Dallas - Kota Dallas sempat mencekam akibat baku tembak, setelah lima polisi AS tewas tertembus timah panas. Tujuh polisi tertembak saat demonstrasi anti-kekerasan.
Menurut catatan, Kamis 7 Juli 2016, hari paling mematikan bagi penegak hukum di AS sejak peristiwa 9/11. Demikian Liputan6.com lansir dari The Guardian, Jumat (8/7/2016)
Advertisement
Satu 'sniper' tewas tertembak di sebuah garasi oleh polisi, sementara tiga lainnya ditangkap.
Ancaman juga didengungkan dari satu pelaku yang berkoar telah menanam bom di berbagai tempat. Namun, seorang polisi senior mengatakan tak ada bahan peledak.
Dua dari lima polisi yang tewas adalah Brent Thompson dari Dallas Area Rapid Transit (DART) dan Patrick Zammariipa. Beberapa yang terluka kini dalam kondisi kritis.
Dua warga sipil dilaporkan terluka. Namun, tak membahayakan nyawa.
Demo anti-kekerasan digelar di beberapa kota AS setelah polisi menembak brutal dua pria kulit hitam hingga tewas. Mereka adalah Alton Streling di Baton Rouge pada Selasa 5 Juli dan Philando Castile di Minneapolis pada Rabu 6 Juli.
Presiden AS, Barack Obama menyebut serangan terhadap polisi adalah "kejam, direncanakan dan penghinaan terhadap penegak hukum". Ia juga mengatakan penembak akan bertanggung jawab untuk "pembunuhan tidak masuk akal".
Polisi mengestimasi ada 800 pengunjuk rasa dan 100 polisi saat demo berlangsung. Pada sore hari, aksi berlangsung damai, bahkan beberapa di antara pendemo berpose dengan para penegak hukum.
Namun, seorang saksi mengatakan, terdengar suara tembakan pada pukul 20.58 waktu setempat. Aksi damai berubah chaos.
Kepala polisi Dallas, David Brown mengatakan dua 'sniper' menembak polisi AS dari posisi atas yang strategis.
"Semua orang langsung kocar-kacir berlarian tatkala mendengar tembakan," kata Devante Odom kepada Dallas Morning.
"Kami kehilangan dua teman, dan mencoba untuk kabur secepatnya dari lokasi demo."
Brown mengatakan polisi pun membalas tembakan. Sniper yang berhasil diringkus mengaku berencana menembak dan menewaskan lebih banyak petugas kepolisian.
Di kota Dallas, negara bagian Texas diperbolehkan siapa saja membawa senjata, termasuk laras panjang. Dua dari tiga penembak jitu tersebut membawa senjata jenis laras panjang.
Ini bukan kali pertama polisi AS menembak mati pria kulit hitam tak bersenjata. Pada 2014, polisi menembak Michael Brown di Ferguson.
Dua polisi terluka saat membawa polisi terdakwa penembak Michael.