Liputan6.com, London - Mata uang Inggris pound sterling kini memiliki status baru. Pound sterling berhasil menggantikan mata uang Argentina peso menjadi mata uang yang paling tidak diinginkan.
Dikutip dari laman CNNMoney, Sabtu (9/7/2016) pound sterling telah jatuh 14 persen terhadap dollar Amerika Serikat sejak keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit). Nilai tersebut jatuh 12 persen dari nilai awal tahun dan pound sterling mencatatkan level paling rendah sejak 1985.
Para analis memperkirakan nilai tersebut akan jatuh lebih di angka US$ 1,29. Miliarder George Soros mengatakan sebelum Brexit, nilai pound sterling dapat jatuh ke angka US$ 1,15.
Baca Juga
Advertisement
Walau begitu, nilai pound sterling yang rendah tidak selamanya memberikan efek yang buruk. Adanya hal ini justru menguntungkan turis internasional yang berkunjung ke Inggris. Mereka dapat menikmati barang-barang keluaran Inggris dengan harga lebih murah.
Pound sterling mengalami penurunan yang buruk di tahun ini apabila dibandingkan dengan mata uang lain. Selain pound sterling, mata uang lain yang merosot adalah Argentina peso.
Argentina peso turun 11,7 persen terhadap dollar akibat krisis ekonomi yang melanda negaranya. Negara yang memiliki ekonomi terbesar kedua di Amerika Selatan ini hanya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi negaranya di angka 0,5 persen.
Mata uang lain yang mengalami gejolak buruk adalah peso meksiko. Mata uang ini turun 7 persen pada tahun ini. Selain itu Rand Afrika Selatan juga jatuh 5,7 persen sementara Yuan China turun 2,9 persen terhadap dollar Amerika. (Vna/Ahm)
*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.