Melongok Bangkai Kapal Jepang Karam Dibom AS di Laut Halmahera

Kapal Toshimura sudah berada di Malifut sejak 1944. Kehadirannya untuk melindungi pangkalan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.

oleh Hairil Hiar diperbarui 10 Jul 2016, 07:43 WIB
Bangkai Kapal Toshimura milik Jepang yang karam di laut Halmahera usai dibom AS pada perang dunia kedua.

Liputan6.com, Ambon - Hari keempat Lebaran, banyak warga mengisi dengan kegiatan liburan ke sejumlah objek wisata, baik yang memiliki nilai sejarah maupun panorama alam.

Salah satunya, objek wisata sejarah Kapal Toshimaru, yang karam di laut Halmahera Utara. Kini, jejak bangkai kapalnya patah dua. Satunya terkapar di pantai desa Ngofagita, Kecamatan Malifut, dan di depan pantai Kao Teluk, Halmahera Utara, Maluku Utara.

Bangkai kapal sisa peninggalan perang Dunia Dua milik kolonial Jepang yang dibom Amerika dan sekutunya ini oleh warga setempat disebut Kapal Busu atau Kapal Tua dalam bahasa Indonesia. Jejak kapal ini erat kaitannya dengan kemerdekaan RI.

Kapal tersebut kini menjadi salah satu obyek wisata di Maluku Utara yang banyak dikunjungi wisatawan, baik dari dalam maupun luar Kabupaten Halmahera Utara.

Kapal Toshimura sudah berada di Malifut sejak 1944. Kehadirannya untuk melindungi pangkalan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang berpusat di Kao, Halmahera Utara kala itu, untuk wilayah Pasifik Barat bagian Selatan. Saat itu Indonesia belum merdeka.

Warga desa Ngofagita Kecamatan Malifut, Masqun Abdu Kish mengungkapkan, Toshimaru merupakan kapal angkut pasukan Jepang.

Menurut dia, dari cerita sejarah nenek moyangnya, kapal Toshimaru tenggelam karena dibom oleh kapal perang Amerika B-25, saat itu Amerika bersama sekutu melawan Jepang.

"Bangkai kapal ini ada dua. Berada di Kao dan Malifut sudah dari 1944. Kalau cerita yang saya dengar, keberadaan kapal ini untuk melindungi pangkalan AL (Angkatan Laut) Kekaisaran Jepang yang dipusatkan di Kao kala itu (kini Kecamatan Kao Teluk untuk wilayah Pasifik Barat bagian Selatan). Waktu itu Indonesia belum merdeka,” tutur dia kepada Liputan6.com, Sabtu malam, 9 Juli 2016.

Ibu anak satu yang keseharian sebagai Polisi Wanita dan ​ bertugas di Polda Maluku Utara ini mengungkapkan, kehadirannya di lokasi pantai bangkai kapal peninggal perang itu sekadar memanfaatkan waktu libur bersama keluarga. Sejak kecil ia sudah sering bermain bersama teman-teman sebaya di lokasi pantai itu.

"Selain berfoto, saya juga memperkenalkan kepada anak saya tentang cerita-cerita sejarah dari keberadaan kapal Toshimaru ini," terang dia.

Menurut dia, dari bibir pantai desa Ngofagita menuju angkai Kapal Tosimaru sangat dekat jaraknya. "Kalau mau ke situ (dekat bangkai kapal) harus gunakan perahu. Itu karena air (laut) nya dalam," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya