Liputan6.com, Dhaka- Pemerintah Bangladesh menyebutkan bahwa pihaknya berniat untuk melarang penayangan saluran televisi Islam, Peace TV.
Baca Juga
Advertisement
Serangan teror di sebuah kafe di ibukota Bangladesh, Dhaka, yang diperkeruh dengan adanya serangan saat perayaan hari raya Idul Fitri, membuat pemerintahan negara setempat sadar akan pentingnya untuk mengeliminasi segala bentuk apapun yang dianggap dapat memicu seseorang untuk beralih ke jalur ekstrem.
Melansir BBC, Senin (11/7/2016), kekhawatiran pemerintah Bangladesh terletak pada anak muda yang dianggap sangat rentan akan pengaruh berbau ekstremisme.
Mereka menilai, saluran televisi yang tentunya menjadi tontonan keseharian masyarakat di wilayah setempat, lambat laun akan membentuk persepsi anak-anak muda.
Apabila tontonan tersebut diartikan salah, maka itu akan berujung negatif atau memicu terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Menanggapi niat pemerintah untuk melarang penayangan stasiun televisi Islam di Bangladesh, seorang ustadz yang biasa berkhotbah untuk Peace TV, Zakir Naik, menyangkal bahwa kata-kata yang keluar dari mulutnya akan atau mampu menginspirasi masyarakat, terutama kalangan anak muda untuk menjadi seorang radikal.
Menteri bidang Informasi negara tersebut, Hasanul Haq Inu membenarkan bahwa pihaknya akan mengambil langkah yang bersifat administratif terhadap segala bentuk penyaluran informasi yang dinilai dapat memicu atau menjadi penyebab timbulnya radikalisme di wilayah itu.
“Peace TV kurang konsisten dengan ajaran Muslim yang sebetulnya. Tidak sejalan dengan apa yang telah diajarkan dalam Alquran, sunah, hadis Nabi Muhammad SAW, konstitusi keagamaan Bangladesh, kultur dan ritual negara kami,” kata Menteri Inu kepada Bdnews 24.
Zakir Naik sebelumnya diduga menjadi sumber inspirasi para pelaku yang melancarkan aksi serangan teror di sebuah kafe di ibukota Bangladesh beberapa waktu lalu.
Ia kemudian menyangkal dugaan negatif tersebut, mengatakan bahwa dirinya tak ada sangkut paut terhadap aksi teror dan kata-kata yang ia lontarkan lewat khotbahnya tidak memojoki penontonnya untuk mengarah ke situ.
“Saya sudah berbicara dengan pihak pemerintah Bangladesh. Mereka saja percaya bahwa saya bukanlah yang menginspirasi terjadinya aksi teror di kafe itu,” tuturnya.