Liputan6.com, Paris - Tidak ada yang menduga Portugal bisa memenangkan Piala Eropa 2016. Namun kenyataannya, Seleccao (sebutan Portugal) bisa mengalahkan Prancis yang bertindak sebagai tuan rumah pada gelaran Piala Eropa tahun ini.
Prancis semakin diunggulkan ketika bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, ditarik keluar pada menit ke-25. Ronaldo mengalami cedera lutut usai dijegal pemain sayap Prancis, Dimitri Payet.
Baca Juga
Advertisement
Meski tanpa kehadiran Ronaldo di lapangan hijau, Portugal bisa membuat frustrasi tim besutan Didier Deschamps. Kiper Portugal, Rui Patricio, tampil gemilang sepanjang pertandingan dengan menggagalkan tujuh peluang yang dimiliki Antoine Griezmann dan kawan-kawan.
Pelatih Portugal, Fernando Santos, melakukan perjudian dengan memasukan pemain yang gagal bersinar di Liga Premier Inggris 2015/16 bersama Swansea City, Eder, pada menit ke-79. Eder menggantikan Renato Sances yang terpilih sebagai pemain muda terbaik Piala Eropa 2016.
Musim lalu, Eder tak bisa mencetak gol dari 13 pertandingan bersama Swansea City di ajang Liga Premier Inggris. Alhasil, pemain berusia 28 tahun tersebut dibuang ke klub asal Prancis, Lille, sebagai pemain pinjaman dengan opsi kontrak permanen.
Bersama Lille, mantan pemain Braga ini bisa mencuri perhatian Fernando Santos. Eder bisa mencetak enam gol dari 13 pertandingan di Ligue 1.
Walau diragukan banyak orang, Eder bisa memberikan gelar pertama untuk Seleccao. Dia berhasil menjebol gawang Prancis yang dikawal Hugo Lloris pada menit ke-109. Sepakan jarak jauhnya yang mengarah ke pojok kanan bawah gawang Prancis tak bisa dijangkau Lloris.
Usai pertandingan, Fernando Santos mengatakan bahwa dirinya bisa saja memainkan Eder lebih cepat. Namun mantan pelatih Yunani itu punya rencana lain dan baru memasukan Eder pada menit ke-79.
"Ketika saya mengeluarkan Ronaldo, saya pikir untuk meggantikannya dengan Eder. Tapi saat itu saya berpikir bahwa kami harus mengubah permainan dan memasukkan Quaresma untuk meggantikan Ronaldo," ucap Santos, dikutip dari Goal.
"Di babak kedua, kami buruh seorang pemain yang handal dalam duel udara agar menyulitkan Prancis. Kemudian saya berpikir untuk memindahkan Nani ke lini tengah agar bisa bermain dengan kecepatannya," katanya.
Di saat itulah Eder menghampirinya dengan penuh percaya diri bisa mengubah permainan. "Dia (Eder) datang dan berkata, 'Pelatih, saya akan mencetak gol'. Kini si itik buruk rupa itu sudah berubah menjadi angsa yang indah," ujar Santos.