Calon PM Inggris Theresa May Setangguh Margaret Thatcher?

Sosok pemimpin Inggris berikutnya ini disejajarkan dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 12 Jul 2016, 15:47 WIB
Theresa May (Vogue)

Liputan6.com, London - Ketika Margaret Thatcher terpilih sebagai pemimpin Partai Konservatif pada 1975, ia digambarkan sebagai seorang ibu rumah tangga bersuara lantang yang siap memimpin Inggris.

Dalam konferensi partai pertamanya, Maggie --sapaan akrab Thatcher-- bahkan sempat bercanda dengan pura-pura melakukan pekerjaan rumah di atas panggung.

Namun tak lama kemudian ibu rumah tangga itu 'terlahir' sebagai The Iron Lady, julukan yang terus melekat hingga kini.

Sosoknya kembali ramai diperbincangkan menyusul kehadiran Theresa May di panggung politik Inggris, seorang perempuan yang merupakan calon tunggal perdana menteri menggantikan David Cameron. May yang saat ini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri disebut-sebut telah 'ditempa sekeras baja'.

Selama enam tahun ia mengawasi roda keamanan, penegakan hukum, dan mengontrol kawasan perbatasan tanpa tergelincir skandal. Sejumlah sosok yang menduduki kursi menteri dalam negeri sebelumnya hampir selalu terkait dengan kasus memalukan sehingga tak heran bila jabatan ini disebut sebagai 'kuburan politik'.

May diketahui sebagai orang terlama yang pernah menduduki kursi menteri dalam negeri Inggris, di mana ia menoreh sejumlah catatan penting. Ia gigih menolak permintaan Amerika Serikat (AS) untuk mengekstradisi seorang hacker penderita Asperger, sementara ia 'menendang' jauh seorang tokoh ekstremis Abu Hamza dari negaranya meski pria itu mengajukan permohonan HAM.

Sumber keamanan senior mengatakan, track record May bahkan jauh lebih mengesankan dibanding pekerjaannya yang terlihat di hadapan publik.

"Dia telah menggagalkan banyak rencana teror, lebih dari yang Anda tahu," ujar sumber tersebut kepada The Daily Beast seperti dikutip Liputan6.com Selasa, (12/7/2016).

Pasca-Brexit, Inggris saat ini tengah menghadapi krisis politik terbesar sejak Perang Dunia II. PM Cameron pun telah menyatakan pengunduran diri, membuat Partai Konservatif harus segera menjaring calon penggantinya.

Awalnya, sejumlah orang ikut bertarung dalam pemilihan perdana menteri. Belakangan, satu per satu berguguran dan menyisakan May sebagai calon tunggal.

Calon terakhir yang mundur dari pencalonan tersebut, Andrea Leadsom menyebut May adalah sosok yang tepat untuk menakhodai Inggris. Hal tersebut diakui pula oleh Cameron.

"Dia kuat, dia berkompeten," ujar pria yang akan menjabat sebagai PM Inggris hingga 13 Juli itu.

Seorang pejabat di Kementerian Dalam Negeri juga angkat suara. Ia memuji kualitas May, menyebutnya sebagai pembuat keputusan yang luar biasa.

"Tidak peduli saran apa pun yang ia dapatkan, ia hampir tidak pernah melakukan kesalahan," ujar pejabat itu.

Dalam pernyataannya sesaat setelah menjadi calon PM tunggal, May bersumpah akan bernegosiasi dengan Uni Eropa (UE) untuk menyukseskan Brexit, mempersatukan negara itu, dan mendukung masa depan Inggris yang kuat, baru, dan positif bagi setiap orang.

Mengenal Lebih Dekat Sosok May 

Theresa May dan David Cameron tertangkap kamera dalam sebuah kesempatan (Huffington Post)

Perempuan yang telah menjabat sebagai menteri dalam negeri sejak 2010 hingga saat ini. Ketika kampanye Brexit bergulir, ia bersama Cameron mendukung kubu 'Remain' yang menginginkan Inggris tetap berada di UE.

"Sekali memutuskan Brexit maka tidak ada keanggotaan di UE, tidak ada upaya untuk kembali bergabung melalui pintu belakang, dan tidak ada referendum kedua," tegas May.

Ia terjun ke dunia politik kurang lebih 30 tahun lalu di asosiasi Konservatif lokal sebelum akhirnya menjabat sebagai anggota dewan di London Borough di Merton pada 1986-1994. Sempat gagal terpilih sebagai anggota parlemen pada 1992 dan 1994, ia kemudian menjadi anggota parlemen Konservatif untuk Maidenhead pada 1997.

Ketika ditunjuk sebagai Mendagri, ia memimpin kerja pemerintah untuk membebaskan polisi berperang dengan kriminal secara efektif, mengamankan perbatasan, mengurangi imigrasi, dan melindungi Inggris dari terorisme.

The Financial Times menggambarkannya sebagai sosok konservatif liberal, mensejajarkannya dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel. May disebut bertarung dalam pencalonan kali ini dengan 'sepasang tangan yang aman' sehingga ia dapat dipercaya partainya untuk memimpin negara itu di tengah ketidakstabilan ekonomi dan politik pascaBrexit.

"May memiliki reputasi sebagai seorang pekerja keras dan pemikir, hal yang menggiring panggung politik Inggris hari ini ke Margaret Thatcher," tutur kontributor politik CNN, Robin Oakley.

Sepanjang menduduki kursi jabatan publik, ia berjuang atas isu pernikahan sesama jenis, mengurangi tunjangan kesejahteraan, menjual hutan umum, mendukung pengiriman pasukan ke Irak dan Afghanistan, serta menaikkan biaya kuliah tingkat sarjana.

Tak hanya itu, May juga mendukung pengurangan jumlah anggota majelis rendah, memilih komisioner polisi, dan memperkuat penegakan aturan imigrasi.

May yang lulus dari St. Hugh College pada 1977 dan sempat bekerja di Bank of England ini menikah dengan Philip, seorang banker Inggris pada 1980. Pasangan itu diketahui tidak memiliki anak.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya