Penghormatan Terakhir Obama untuk Korban Penembakan Dallas

Kunjungan Obama ke Dallas tersebut berlangsung di tengah-tengah memuncaknya perseteruan rasial di Amerika Serikat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Jul 2016, 08:00 WIB
Presiden Obama menghadiri acara pemakaman korban penembakan Dallas. (Reuters)

Liputan6.com, Dallas - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menghadiri upacara pemakaman lima polisi yang tewas di Kota Dallas dalam serangan penembakan yang terjadi saat demonstrasi 'Black Lives Matters'. Dalam prosesi penghormatan terakhir untuk para korban, terlihat lima potret para mendiang perwira dan lima kursi kosong.

"Saya mencoba menemukan makna di tengah-tengah kesedihan kami, dan untuk terus bisa bersatu," kata Obama dalam pidato di pemakaman kelima polisi yang ditembak mati seperti dikutip dari BBC, Rabu (13/7/2016).

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengecam penembakan warga kulit hitam hingga tewas oleh polisi di Minnesota dan Louisiana.

"Saya berada di sini untuk mengatakan bahwa kita harus menolak keputusasaan. Saya di sini bersikeras bahwa kita tidak terpecah seperti yang terlihat."

Kunjungan Obama ke Dallas ini berlangsung di tengah-tengah memuncaknya perseteruan rasial di Amerika Serikat. Polisi setempat pun meningkatkan pengamanan menjelang kunjungannya dengan mendaftarkan bantuan dari Departemen Kepolisian Arlington untuk bekerja sama dengan intelijen.

Michelle Obama, Wakil Presiden Joe Biden dan isterinya Jill, dijadwalkan juga akan bertemu dengan keluarga korban pada Rabu 13 Juli.

Sementara itu, mantan Presiden George W Bush, Texas memuji polisi yang menjadi korban penembakan Dallas. "Keberanian mereka adalah perlindungan dan perisai kami," ucapnya.

"Jiwa kota kami tertikam," tutur Walikota Dallas, Mike Rawlings yang berbicara pertama kali.

Micah Johnson, pelaku penembakan kelima polisi dalam unjuk rasa itu terbunuh oleh bom yang dibawa oleh robot polisi. Ia melepaskan tembakan saat untuk mengecam penembakan Philando Castile di Minnesota dan Alton Sterling di Louisiana.

Pria berusia 25 tahun itu menembak mati lima polisi, serta melukai sedikitnya sembilan petugas lain dan dua warga sipil.

Mantan prajurit tersebut mengatakan kepada aparat polisi yang berunding dengannya, bahwa dia marah karena kasus penembakan terhadap warga kulit hitam baru-baru ini dan ingin membunuh orang-orang kulit putih, khususnya polisi.

AS tengah dilanda aksi kekerasan terbaru, protes atas reformasi polisi dan hubungan ras yang bergolak di seluruh negeri.

Obama juga dikritik karena tidak berbuat banyak untuk mendukung polisi. Banyak dari mereka mengatakan mereka merasa diserang karena protes dan kritik.

Obama dan Biden, pada Senin 11 Juli lalu sudah bertemu dengan para pejabat penegak hukum AS untuk membahas reformasi polisi dan cara memperbaiki hubungan antara polisi dan masyarakat yang mereka melindungi.

Presiden, yang mempersingkat lawatannya ke Eropa akibat aksi kekerasan baru-baru ini diperkirakan menjadi tuan rumah pertemuan serupa pada hari Rabu di Dallas. Acara itu dilakukan bersama dengan para penegak hukum serta pemimpin lokal dan aktivis.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya