Liputan6.com, Amman - Jet milik Rusia diduga kuat menggempur sebuah kamp pengungsi di sepanjang perbatasan timur laut Yordania dan Suriah. Sebanyak 12 orang tewas dan 40 orang terluka dalam peristiwa itu.
Informasi tersebut disampaikan kelompok anti-rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Seperti dilansir Reuters, Rabu (13/7/2016) menurut mereka, beberapa jet terlihat mengudara pada siang hari di atas sebuah kamp pengungsi di mana kebanyakan penghuninya adalah perempuan dan anak-anak.
Advertisement
Hingga kini Kementerian Pertahanan Rusia belum merilis pernyataan terkait hal ini.
"Serangan terjadi di dekat kamp pengungsi Hadalat, salah satu dari dua kamp pengungsi terbesar yang ada di kawasan itu," ujar juru bicara kelompok itu Seif al Qalamoni.
Seorang diplomat senior Barat mengonfirmasi insiden itu, menyebut bahwa informasi awal menyebutkan beberapa jet Rusia melancarkan serangan.
"Setidaknya 40 orang terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Pasukan Yordania di perbatasan segera melarikan korban luka ke rumah sakit," ujar sumber pemerintah Yordania.
Jika terkonfirmasi bahwa jet itu milik Rusia, maka itu akan akan merupakan serangan udara pertama Moskow yang terjadi di sepanjang perbatasan Suriah - Yordania sejak Negeri Beruang Merah itu terlibat dalam pertempuran di Suriah demi mendukung rezim al-Assad.
Amerika Serikat dan sekutunya Yordania dilaporkan telah meningkatkan koordinasi dengan Rusia untuk memastikan bahwa kehadiran negara itu di Suriah tidak untuk menargetkan kelompok anti-rezim Presiden al-Assad yang didukung oleh negara Barat dan Arab.
Dukungan ini merupakan strategi untuk memastikan bahwa kelompok itu tidak 'jatuh' ke tangan ISIS dan ekstremis Nusra, sel Al Qaeda.
Kawasan perbatasan Irak, Suriah, dan Yordania memiliki dua kamp pengungsi besar dengan populasi setidaknya mencapai 60.000 jiwa. Mereka adalah warga Suriah tengah dan timur yang menyelamatkan diri akibat perang tak berkesudahan yang melanda negara itu.
Sementara itu Yordania telah menutup daerah perbatasan zona militer dengan Suriah setelah seorang bomber yang diyakini anggota ISIS meledakkan diri setelah sebelumnya menabrakkan kendaraannya ke pangkalan militer negara itu pada Juni lalu. Tujuh penjaga perbatasan tewas dalam serangan itu.