Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta jatah impor gula mentah (raw sugar) untuk kebutuhan industri pada kuartal III dan kuartal IV dipercepat. Pasalnya, saat ini stok raw sugar tersebut semakin menipis.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, saat ini situasi pasar global untuk bahan baku gula sangat tidak menguntungkan industri di dalam negeri. Pasalnya, selain stoknya terbatas, harga jual gula tersebut sangat tinggi.
Advertisement
"Sekarang situasinya untuk gula di luar kan lagi sulit mendapatkan barang. Thailand sudah menutup, tinggal Brasil sama Australia, harganya juga naik. Ini kita harus cermati jangan sampai kita kekurangan," ujar dia di Jakarta, Rabu (13/7/2016).
Selain itu, produksi gula mentah di dalam negeri juga dikhawatirkan tidak sesuai harapan. Pasalnya, musim giling tebu mundur akibat faktor cuaca. Hal ini membuat rendemen tebu menjadi rendah sehingga produksi tidak sesuai target.
"Kemungkinan musim gilingnya juga mundur karena hujannya terus menerus, rendemen jadi rendah, mundur 2 bulan-3 bulan ini. Maka harus dipastikan stok di dalam negeri ada. Ada surat dari asosiasi supaya jatah kuartal IV dimasukkan karena stok dan tidak menentunya panen ke depan di negara-negara sumber gula, harga juga naik terus. Mereka minta fleksibilitas," jelas dia.
Panggah menyatakan, menipisnya stok bahan baku gula ini mungkin tidak terlalu dirasakan oleh industri pengguna gula skala besar. Namun hal ini akan sangat dirasakan oleh industri-industri skala kecil. Oleh sebab itu, pihaknya harus memastikan agar stok gula mentah ini bisa mencukupi untuk kebutuhan industri.
"Untuk industri untuk yang besar-besar mungkin masih terlayani. Tapi yang kecil-kecil banyak yang bilang ke saya nggak terlayani," kata dia.
Menurut Panggah, kebutuhan raw sugar untuk industri pada tahun ini sebesar 3,2 juta ton. Hingga saat ini realisasi impor tersebut baru sebesar 1,7 juta ton. Sementara hingga September ditargetkan bisa terpenuhi hingga 2,7 juta ton. Ini berarti masih ada sisa 500 ribu ton yang harus dikejar hingga akhir tahun.
"3,2 juta ton itu kan naiknya 5 persen. Industri makanan dan minuman selama kuartal I kemarin tumbuh 7 persen. Kuartal II bisa lebih tinggi karena Lebaran. Belum lagi Natal tahun baru. Kita belum tahu perlu tambahan atau tidak, nanti kita rapat. Kita lagi mengumpulkan data serapannya bagaimana, sesuai prediksi apa nggak. Tapi di kuartal I jelas nggak sesuai," tandas dia.