Liputan6.com, Jakarta - Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah gim (game) yang mampu meraup sukses luar biasa hanya dalam waktu singkat seperti Pokemon Go?
Bagi CEO dan founder Niantic Labs, John Hanke, hal itu membutuhkan waktu 20 tahun untuk membuat gim tersebut.
Resmi dirilis pekan lalu, Pokemon Go mampu tembus berbagai rekor dunia mulai dari 10 juta lebih unduhan pada minggu pertama, pengguna aktif harian yang melebihi Twitter, hingga rata-rata waktu pengguna yang lebih tinggi daripada Facebook, Snapchat, Instagram, dan WhatsApp.
Baca Juga
Advertisement
Lalu bagaimana cara veteran Google dan salah satu pendiri Keyhole ini mampu membuat Pokemon Go seperti saat ini?
Merangkum informasi dari laman Business Insider, Kamis (14/7/2016), Hanke memulai perjalanannnya saat masih pelajar pada 1996. Di tahun tersebut, dia membuat gim massively multiplayer online game (MMO) yang berjudul 'Meridian 59'.
Mampu menyelesaikan gim tersebut, Hank dan rekannya pun langsung menjual hasil jerih payahnya ke 3DO dan mengejar ambisi yang lebih besar yakni memetakan dunia.
Pada 2000, John merealisasikan ambisinya dengan memperkenalkan Keyhole. Dengan Keyhole, John mampu menghubungkan peta dengan fotografi di udara untuk menghasilkan peta 3D dunia pertama yang berbasis GPS dan dapat diakses secara online.
Perkenalkan Keyhole
Kesuksesan Keyhole pun membuat Google melirik dan membeli perusahaan tersebut pada 2004. Tak butuh waktu lama, John dan Google pun akhirnya mengubah Keyhole ke produk Google yang sekarang kita kenal bernama "Google Earth".
Sejak bergabung dan memimpin tim Google Geo dari 2004 hingga 2010, John dan timnya mengembangkan Google Earth hingga menambahkan fitur seperti Google Maps dan Google Street View.
Disaat inilah, John mulai 'head hunting' untuk membuat sebuah tim yang nantinya akan merancang dan mengembangkan Pokemon Go. Enam tahun bersama dengan Google, John memutuskan untuk memulai perusahaan start-up yang didanai oleh Google dengan nama Niantic Labs.
Hanya dalam dua tahun, John dan timnya di Niantic Labs pun memperkenalkan gim MMO berdasarkan geografi atau lokasi pertama mereka yang berjudul Ingress.
Saya selalu berpikir kalau kita bisa membuat gim yang mengagumkan menggunakan seluruh data geografis yang dimiliki. Perkembangan smartphone yang semakin canggih tiap bulannya membuat saya berpikir sudah saatnya untuk membuat sebuah gim petualangan di dunia nyata yang luar biasa.
Terinspirasi dari lelucon April Fools yang Google dan Pokemon Company lakukan pada 2014. John pun memutuskan untuk serius mengembangkan ide tersebut dan membuat Pokemon Go.
Dikembangkan "di atas" data yang sudah dikumpulkan oleh para pemain Ingress, berbagai titik penting dan popular pun berubah menjadi Pokestops dan Gyms di dalam gim Pokemon Go.
Advertisement
Niantic Labs
Kepincut dengan ide miliknya, Google, Nintendo, Pokemon Company, dan investor lainnya pun menggelontorkan dana sekitar Rp 327 miliar dengan target merilis Pokemon Go tahun ini.
Dengan jumlah tim sekitar 40 orang, John dan timnya secara resmi meluncurkan Pokemon Go pada 6 Juli 2016 untuk pengguna di Australia, Amerika Serikat, dan Selandia Baru.
Sejak peluncuran di tiga negara tersebut, saham Nintendo meningkat 25 persen di hari pertama, dan mampu meraup untung sekitar Rp 26 miliar tiap harinya lewat in-app purchases.
Walau Pokemon Go terkesan sukses hanya dalam waktu yang singkat, John Hanke harus melalui perjalanan yang panjang dan waktu yang tak singkat untuk mendapatkan kesuksesan tersebut.
Layaknya di dalam gim, John naik level tiap tahunnya. Di tiap level baru tersebut, dia mendapatkan kekuatan baru, anggota tim baru, dan item baru yang dapat digunakan untuk "membuka" jalan dan level lebih tinggi lagi.
(Ysl/Isk)