Liputan6.com, Bilbao - Nobel merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan. Dibutuhkan dedikasi yang luar biasa demi meraihnya.
Namun faktanya ada empat orang hebat yang mampu meraih Nobel sebanyak dua kali. Dilansir dari OpenMind, Jumat (15/7/2016) peraih penghargaan bergengsi ini ternyata tak hanya individu tapi juga lembaga, yakni Palang Merah dan Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).
Baca Juga
Advertisement
Palang Merah Internasional diketahui pernah meraih tiga Nobel di bidang Perdamaian sementara UNHCR mendapat dua penghargaan.
Bicara soal rekor peraih Nobel, perlu dicatat bahwa keluarga Curie tidak hanya dikenal atas dua penghargaan bagi Marie.Generasi pertama dan kedua keluarga ini justru pernah meraih setidaknya empat Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan.
Lalu Irène Joliot-Curie, putri pertama pasangan Pierre dan Marie meraih Piagam Nobel bidang Kimia pada 1935. Penghargaan itu ia raih bersama sang suami terkait dengan temuan radioaktif buatan.
Berikut adalah 4 orang yang pernah meraih Nobel dua kali:
Marie Curie
Ilmuwan Polandia bernama Marie Skłodowska Curie adalah orang pertama dalam sejarah yang meraih penghargaan itu hingga dua kali. Pertama, ia meraih penghargaan dalam bidang Fisika dan berikutnya adalah dalam bidang Kimia.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa ia nyari gagal meraih penghargaan tersebut. Pada 1903, Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis hanya mengajukan Henri Becquerel dan Pierre Curie sebagai calon penerima penghargaan untuk bidang fisika.
Karena geram dengan pengajuan itu, seorang ahli matematika bernama Gösta Mittag-Leffler menyampaikan kepada Pierre, "Jika benar ada orang serius memikirkan saya (untuk penghargaan itu), saya sangat berkenan agar bersama-sama dengan Madame Curie demi menghargai penelitian kita dalam radioaktif. Perannya dalam temuan ini sangat penting (ia bahkan menghitung berat atom unsur radium)."
Setelah kasak-kusuk bergulir, Marie kemudian disertakan dalam pencalonan dan pada Desember 1903 terdapat 3 ilmuwan (Becquerel dan pasutri Curie) yang meraih penghargaan bergengsi itu.
Saat acara penganugerahan, tidak disebut-sebut tentang temuan unsur polonium dan radium oleh pasutri Curie karena panitia bidang kimia bersikukuh bahwa temuan ini lebih layak untuk Nobel di bidang kimia di masa depan.
Penghargaan berikutnya untuk pasutri Curie diraih pada 10 Desember 1911. Namun karena Pierre meninggal dalam kecelakaan pada 1906, penghargaan itu hanya diterima oleh Marie.
Seperti telah disebutkan oleh para pakar, penghargaan itu diberikan 'untuk kontribusinya kepada kemajuan bidang kimia melalui temuan radium dan polonium'.
Advertisement
Linus Pauling
Satu-satunya orang yang dua kali dianugerahi Piagam Nobel tanpa berbagi dengan orang lain dalah Linus Pauling. Penghargaan pertamanya adalah Nobel di bidang kimia pada 1954 terkait dengan penelitian sifat-sifat ikatan kimiawi.
Delapan tahun kemudian, berkaitan dengan pandangan pasifismenya selama Perang Dingin sehingga ia fokus pada perlucutan senjata nuklir membuatnya meraih Nobel di bidang perdamaian pada 1962.
Sebagai seorang tokoh penting dalam bidang kimia abad 20, ilmuwan Amerika ini mendobrak cara kita memandang molekul-molekul melalui penerapan mekanika kuantum dalam bidang kimia.
Ia juga memperdalam ikatan hidrogen, pelipatan protein, dan struktur serta fungsi hemoglobin dalam sel-sel darah merah yang membawa oksigen di dalam darah.
Pada akhir 1940-an, karena cemas dengan kemungkinan bahaya perang nuklir kepada manusia, ia menulis permohonan untuk mengakhiri uji bom atom. Salah satu alasannya adalah munculnya ribuan kasus kanker sebagai dampak uji tersebut.
Ia mengumpulkan tanda tangan dari lebih 8.000 ilmuwan di 49 negara. Kampanye mereka berujung kepada ditandatanganinya Perjanjian Larangan Sebagian Uji Nuklir pada 1963.
John Bardeen
Sekarang ini kita bisa mendengarkan musik di radio, menonton televisi, bicara menggunakan telepon genggam, atau menjelajah internet menggunakan komputer atau tablet adalah karena jasa John Bardeen.
Ia adalah satu-satunya orang yang meraih dua kali penghargaan Nobel dalam bidang fisika.
Bardeen adalah insinyur elektro yang penelitiannya dimulai sejak ia masih berusia 15 tahun hingga kemudian meraih gelar doktor di bidang fisika dari Princeton University. Di sanalah ia memulai penelitian struktur dan sifat-sifat zat semikonduktor.
Sebagai catatan, semikonduktor adalah zat yang dalam kondisi tertentu melalukan arus listrik, tapi menghambat arus itu dalam kondisi lain.
Beberapa tahun kemudian ia bergabung dengan Bell Labs dan bersama-sama dengan Walter Brattain mengembangkan transistor yang kemudian menjadi pengganti tabung-tabung hampa dalam perangkat-perangkat elektronik, mulai dari headphone hingga televisi. Temuan ini mengantarnya memenangkan Piagam Nobel bidang fisika pada 1956, bersama-sama dengan William B. Shockley.
Beranjak dari semikonduktor, Bardeen melesat mempelajari superkonduktor, suatu zat yang menghantar arus listrik tanpa hambatan atau pengurangan energi. Teori BCS, suatu model teoritis untuk sifat superkonduktivitas membawanya kepada Nobel kedua pada 1972.
Advertisement
Frederick Sanger
Orang ke empat hingga saat ini yang pernah memenangkan 2 penghargaan Nobel adalah Frederick Sanger. Ia adalah pria yang gandrung dengan bidang biokimia dan berhasil menyusun urutan asam amino pada suatu protein.
Sanger memilih berkutat pada insulin, yaitu hormon kunci dalam pengaturan metabolisme glukosa. Dari sini, ia meraih Piagam Nobel di bidang Kimia pada 1958.
Penjelasannya yang terinci tentang kaitan-kaitan antar rantai kimiawi insulin memungkinkan pembuatan perdana suatu protein di laboratorium pada 1963. Temuan ini sangat membantu para pengidap diabetes.
Masih belum puas, pada 1980 ia memenangkan satu penghargaan lagi dalam bidang yang sama karena mengembangkan cara untuk membaca DNA sehingga menjadi langkah pertama penelitian genom manusia. Ia bahkan menjadi orang pertama yang memastikan urutan dasar asam-asam nukleik bahan dasar kehidupan, yaitu adenine, guanine, cytosine dan uracil.