Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor Indonesia pada Juni ini meningkat 12,18 persen sebesar US$ 12,92 miliar dibanding Mei 2015 yang terealisasi US$ 11,5 miliar. Pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juli 2015.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, laju ekspor di bulan keenam ini sebesar US$ 12,92 miliar naik 12,18 persen ketimbang realisasi Mei lalu. Jika dibanding Juni 2015 yang sebesar US 13,51 miliar, pencapaian ekspor Juni lalu masih terkontraksi 4,42 persen.
Ekspor minyak dan gas (migas) mengalami peningkatan 23,92 persen dari US$ 960 juta di Mei lalu menjadi US$ 1,19 miliar, sedangkan non migas naik 11,12 persen dari US$ 10,56 miliar menjadi US$ 11,73 miliar.
"Ekspor Juni ini US$ 12,92 miliar merupakan yang tertinggi sejak Juli 2015. Juli tahun lalu, nilai ekspor kita US$ 11,4 miliar, Agustus tahun lalu US$ 12,7 miliar, dan bulan-bulan selanjutnya yang hanya di kisaran US$ 11 miliar-US$ 12 miliar," ujar dia saar Rilis Neraca Perdagangan Juni di kantor BPS, Jakarta, Jumat (15/7/2016).
Baca Juga
Advertisement
Secara total, kata Suryamin, ekspor Indonesia ke berbagai negara masih mengalami penurunan 11,37 persen dari Januari sampai Juni 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara ekspor non migas di semester I ini turun 7,92 persen menjadi US$ 63,61 miliar.
Share terbesar masih komoditas lemak dan hewan nabati dengan ekspor senilai US$ 7,92 miliar, serta bahan bakar mineral US$ 6,47 miliar. "Mudah-mudahan kinerja ekspor Juni ini menjadi gambaran yang lebih baik ke depan," harap Suryamin.
Tiga negara yang menjadi pangsa pasar terbesar ekspor Indonesia, disebutkan dia, yakni Amerika Serikat dengan nilai ekspor sebesar US 7,88 miliar (12,5 persen), kemudian disusul ke Jepang US$ 6,42 persen (10,19 persen), dan China diurutan ketiga ada China US$ 6,08 miliar (9,65 persen).
"Ekspor non migas Indonesia ke negara ASEAN mencapai US 13,7 miliar (21,78 persen) dan ke Uni Eropa sebesar US 7,03 miliar (11,16 persen)," pungkas Suryamin.