Transfer Neymar Bermasalah, Fans Kecam Presiden Barcelona

Presiden Barcelona, Josep Bartomeu mendapat protes keras dari salah satu kelompok suporter Barca, Manifest Blaugrana.

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 15 Jul 2016, 20:30 WIB
Neymar dan Messi / AFP

Liputan6.com, Barcelona - Kelompok suporter Barcelona, Manifest Blaugrana memprotes keras keputusan Presiden klub, Josep Maria Bartomeu soal kasus transfer Neymar. Ketua Manifest Blaugrana, Marc Duch menilai Bartomeu tidak seharusnya menandatangani dokumen yang menyatakan Barca bersalah dalam kasus transfer Neymar.

"Jika Barcelona adalah manusia, saya yakin mereka sudah berada di penjara. Tidak bisa lebih buruk lagi, saya menelusuri dokumennya dan sangat terkejut. Luar biasa, mereka telah membiarkan klub jatuh ke keadaan seperti ini," kata Duch seperti dilansir Football Espana.

Barcelona memang sempat dituduh menggelapkan pajak dalam proses transfer Neymar tahun 2013 lalu. Blaugrana dinilai menyembunyikan harga transfer Neymar yang sebenarnya agar terhindar dari kewajiban membayar pajak.

Dalam perkembangannya, beberapa petinggi Barcelona termasuk Bartomeu mengakui tindakan penggelapan tersebut. Tapi, mereka sepakat untuk membayar denda agar Bartomeu dan Presiden sebelumnya, Sandro Rosell dibebaskan dari tuduhan.

Pada Juni 2016, Barcelona pun sepakat membayar denda 5,5 juta euro serta melunasi tunggakan pajak senilai 15 juta euro. Kasus ini pun tidak dilanjutkan ke proses yang selanjutnya.


Fans pasrah

"Dituduh melakukan pelanggaran oleh Pengadilan itu sangat menyakitkan. Itu menyebabkan nama baik Barcelona tercemar," kata Duch.

Kendati memprotes keras keputusan itu, Duch mengaku kelompoknya tidak bisa berbuat banyak agar Bartomeu dicopot dari jabatannya. Pasalnya, anggota Manifest Blaugrana saat ini baru 300 orang. Terlebih biaya untuk memperkarakan kasus ini ke pengadilan mahal.

"Kami tidak bisa melakukan apapun. Ada pembicaraan soal isu ini dan meskipun kami menginginkan ini ke Pengadilan, kami tidak bisa melakukannya," kata Duch mengakhiri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya