Liputan6.com, Paris - Identitas pelaku pengemudi truk maut Prancis yang sengaja menabrak ke arah kerumunan orang di Promenade des Anglais, Nice mulai terungkap. Ternyata, ia bukan 'wajah baru' bagi kepolisian setempat.
Otoritas setempat belum merilis secara resmi identitas pelaku, namun sumber kepolisian menyebut sopir truk maut itu seorang pria berusia 30-an. Seperti dilansir Telegraph, Jumat (15/7/2016), ia disebut-sebut lahir di Tunisia lalu pindah ke Prancis.
Advertisement
CNN merilis kabar yang menyebutkan bahwa sang pelaku dikenali oleh polisi karena merupakan seorang kriminal biasa, namun ia 'tidak masuk radar' terkait dengan kelompok militan atau ekstremis Islam. Menurut Reuters, ia pernah terbelit kasus pencurian dan kekerasan.
"Ia dikenal polisi karena kekerasan dan penggunaan senjata, namun tidak terkait langsung dengan terorisme. Identitasnya ditemukan di dalam truk yang ia kemudikan. Ia memiliki kewarganegaraan Prancis dan Tunisia," sebut sumber itu.
Selain itu, di dalam truk turut ditemukan pula sebuah pistol, senjata berukuran lebih besar --belum dijelaskan secara rinci--, sejumlah senjata palsu dan granat. Dan hingga kini baik nama atau wajah pelaku penyerangan belum dipublikasikan.
Sejauh ini total korban tewas telah mencapai 84 orang, sementara sekitar 100 orang terluka -- 18 di antaranya dalam kondisi kritis. Tak sedikit dari jumlah korban tewas dilaporkan adalah anak-anak.
Seorang saksi mata asal Amerika Serikat (AS), Tony Molina mengatakan ia tidak melihat wajah sang sopir. "Masih ada kerumunan dan yang terlihat hanya panel truk berwarna putih, saya tidak bisa melihat wajah sopir. Orang-orang berteriak dan berlari," ujar Molina.
Ketika peristiwa itu terjadi, kawasan Promenade des Anglais tengah dipadati pengunjung menyusul libur nasional Bastille Day -- penyerangan penjara Bastille di Paris yang terjadi selama Revolusi Prancis pada 1789.
Peristiwa teror truk maut kini tengah ditangani penyidik antiterorisme. Dan fakta bahwa pelaku penyerangan bukan pemain baru merupakan 'pelajaran' bagi negara itu, dalam mengantisipasi serangan teror, mengingat hampir selama dua tahun terakhir Prancis diguncang rangkaian tragedi berdarah.
Prancis saat ini masih dalam status kondisi darurat, menyusul serangan yang terjadi pada November lalu di dekat stadion, tempat konser Bataclan, dan restoran. Sekitar 130 orang tewas dan sejumlah lainnya terluka.
Kini setelah teror truk maut Prancis terjadi, masa darurat negara itu diperpanjang hingga tiga bulan ke depan.