Liputan6.com, Lausanne - Buah delima telah lama dianggap sebagai makanan super (superfood) walaupun tidak banyak bukti yang dapat menjelaskannya.
Baru-baru ini, École polytechnique fédérale de Lausanne (EPFL), yaitu lembaga teknologi pemerintah federal Swiss, telah menguak rahasianya.
Mengacu kepada pernyataan EPFL pada Senin lalu, para ilmuwan di unversitas itu ingin mendalami 'superfood' karena 'bukti alamiah yang ada selama ini terlalu lemah".
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari The Local pada Jumat (15/7/2016), para ilmuwan itu mengungkapkan bahwa suatu zat yang ada dalam buah delima dapat diubah oleh mikroba lambung menjadi suatu molekul yang memungkinkan sel-sel otot untuk melawan dampak penuaan.
Dalam uji awal pada hewan pengerat yang hasilnya telah diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine, pernyataan itu melanjutkan, "dampaknya mengagumkan."
Dengan bertambahnya usia seseorang, sel-sel tubuh berjuang untuk mendaur ulang mitokondria, yaitu bagian digdaya dalam sel yang melakukan fungsi-fungsi vital.
Degradasi mitokondria berdampak kepada kesehatan jaringan, misalnya otot-otot yang kemudian melemah perlahan-lahan selama beberapa tahun. Pelemahan jaringan bisa juga berperan dalam penyakit terkait usia, misalnya Parkinson’s.
Para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian EPFL menemukan bahwa sebuah molekul yang bernama 'urolithin A' mampu meningkatkan kemampuan sel-sel tubuh untuk mendaur ulang mitokondria yang melemah.
Patrick Aebischer, salah satu penulis penelitian, mengatakan, "Itulah satu-satunya molekul yang diketahui dapat mendongkrak proses pembersihan mitokondria, yang dikenal dengan proses mitofagi."
"Zat itu benar-benar alamiah dengan dampak yang kuat dan terukur."
Dalam rangkaian uji pada hewan pengerat, para peneliti mendapati bahwa tikus-tikus yang lebih tua menunjukkan peningkatan ketahanan hingga 42 persen ketika berlari dibandingkan dengan tikus-tikus seusianya dalam kelompok kendali (control group).
Tapi tidak semudah itu.
Buah delima hanya mengandung prekursor (bahan awal) untuk molekul ajaib tadi dan baru bisa berubah menjadi 'urolithin A' dengan peran mikroba-mikroba dalam lambung.
Dengan demikian, jumlah 'urolithin A' yang dihasilkan sangat beragam, tergantung keberadaan flora dalam usus.
"Ada orang-orang yang sama sekali tidak menghasilkannya. Kalau orang termasuk yang kurang beruntung itu, bisa saja jus buah delima tidak bermanfaat apa-apa."
Para ilmuwan berusaha mencari cara untuk memasok 'urolithin A' kepada orang-orang yang tidak memiliki mikroba yang tepat dalam diri mereka. Sejumlah percobaan klinis telah dimulai.
Ayo simak penjelasannya di sini: