Liputan6.com, Jakarta - Kaburnya Rizal alias Anwar dari Rumah Tahanan (Rutan) Salemba, Jakarta Pusat, menyisakan kisah petualangan tersendiri bagi pembunuh keji ini.
Terpidana penjara seumur hidup kasus pembunuhan dan pencabulan anak di bawah umur AAP itu, rela tidur di pesisir pantai hingga gubuk kecil di tengah hutan setelah kabur.
Bermula dari hari pertama Anwar melarikan diri pada Kamis 7 Juli 2016, berbekal uang Rp 100 ribu dari istrinya, ia pergi ke rumah kerabatnya di Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Tujuan kedatangan pria 26 tahun itu untuk meminjam pakaian dan meminta uang, sebagai biaya tambahan pelariannya sebesar Rp 50 ribu.
"Selanjutnya, Anwar ke Terminal Grogol untuk pergi ke Bandung dengan bus jurusan Jakarat-Bandung, sekitar jam 17.00 WIB," kata Kasubdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Budi Hermanto di Mapolda Metro Jaya, Jumat (15/7/2016).
"Namun, sebelumnya ia sempat menjual baju gamis dan celana panjang hitam ke orang yang lewat di terminal, dengan harga Rp 50 ribu," sambung dia.
Hari kedua, Jumat 8 Juli 2016, tibalah Anwar di Bandung, Jawa Barat pukul 05.00 WIB. Ia berencana bersembunyi di Pantai Pameungpeuk Garut. Untuk menghemat ongkos, ia menumpang truk yang searah dengan tujuannya.
"Anwar tinggal di sana dan beristirahat di pesisir laut Pameungpeuk selama kurang lebih dua hari," sambung Budi.
Setelah bosan, Anwar melanjutkan 'petualangannya' ke tanah kelahirannya, Kampung Barengkok, Desa Batok, Kecamatan Tenjo, Kabupatem Bogor, Jawa Barat, pada Minggu 10 Juli 2016.
Di kampung halamannya, Anwar tak langsung pulang ke kediaman orangtua dan kakak-kakaknya. Ia memilih mampir ke rumah kerabatnya pada pukul 23.00 WIB, saat penduduk kampung terlelap.
"Anwar bermalam selama satu hari di rumah Wahyu (kerabatnya)," ucap Budi.
Hari keenam dia kabur atau Selasa pagi 12 Juli 2016, Wahyu meminta Anwar meninggalkan rumahnya karena khawatir keberadaan saudaranya itu diketahui warga. Wahyu tak ingin terkena masalah.
Anwar akhirnya meminta Wahyu mengantarkan ke hutan kelapa sawit di daerah Lebak Wangi, Bogor.
"Sesampainya di Lebak Wangi sekitar jam 11.00 WIB, Anwar beristirahat dan bermalam di gubuk milik orang yang tidak tahu siapa pemiliknya. Di hutan kebun kelapa sawit," papar Budi.
Keesokan harinya, Rabu 13 Juli 2016, Anwar meninggalkan gubuk tak bertuan itu dan mencari truk arah Curug, Tangerang, Banten yang bisa ia tumpangi. Karena dia sudah hampir kehabisan uang untuk biaya pelarian.
Advertisement
Mencari Pekerjaan
Di Curug, Anwar berniat mengunjungi temannya yang bekerja di restoran. "Pin, masih ada enggak lowongan pekerjaan?" tutur Budi menirukan kata-kata Anwar kepada temannya Apin saat hendak melamar kerja.
Apin lalu menyampaikan lamaran Anwar ke pemilik restoran. Namun si pemilik yang mengetahui latar belakang Anwar seorang narapidana yang sedang kabur, menolak lamaran kerja itu.
"Enggak ada. Pemiliknya tahu kamu narapidana," kata Budi, menirukan jawaban Apin.
Putus asa dan tak tahan menggelandang, Anwar memutuskan pulang ke rumah orangtuanya. Lagi-lagi dia menumpangi truk yang tengah melintas ke arah kampungnya.
Anwar lalu mengetuk-ketuk dinding bilik rumah kakaknya Andri pada pukul 24.00 WIB, dan meminta diperbolehkan beristirahat.
"14 Juli, anggota kami yang sudah menyamar sebagai warga kampung mendapati Anwar di gubuk samping rumah kakaknya," pungkas Budi.