Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah orangtua yang cemas anaknya menjadi korban vaksin palsu mendatangi Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Mereka mengadu kepada pemerintah terkait beredarnya vaksin palsu di sejumlah rumah sakit yang meresahkan.
Dalam kesempatan itu, salah satu orangtua pasien, August Siregar, meluapkan kekecewaannya atas pernyataan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR, Kamis 14 Juli lalu. Saat itu, Menteri Nila dianggap menilai vaksin palsu tidak berbahaya bagi anak-anak.
Advertisement
"Kemenkes menyatakan tidak ada efek. Kami ingin bukti apakah sudah ada riset yang dilakukan tidak ada efek dari vaksin palsu. Karena ditakutkan merusak generasi penerus bangsa," ujar August di Kantor KPPPA, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Sabtu (16/7/2016).
August lantas menantang Menteri Nila agar keluarganya diberikan vaksin palsu supaya bisa merasakan kecemasan masyarakat saat ini. Hal itu sekaligus untuk membuktikan apakah vaksin palsu benar-benar tidak berbahaya sebagaimana pendapat sang Menteri.
"Kalau memang tidak ada efek, berani tidak cucunya di vaksin palsu," tantang dia.
Menurut August, selain kandungan vaksin palsu, pemerintah seharusnya juga memperhatikan alat dan tempat yang digunakan. Sebab berdasarkan pengakuan pelaku, mereka menggunakan botol bekas dan diisi dengan vaksin palsu.
"Peralatannya apakah higienis, itu yang kita takutkan. Tidak mau kalau tidak ada riset resmi tidak ada efek. Kami orangtua tetap paranoid," ucap August.
Dia pun meminta pemerintah memfasilitasi seluruh masyarakat yang keluarganya terdampak vaksin palsu, dengan membentuk posko pengaduan secara menyeluruh. Dia juga berharap pemerintah menunjuk rumah sakit yang netral untuk melakukan vaksin ulang.
"Presiden dan pemerintah terkait harus mau menunjuk RS netral untuk jadi pengaduan kami. Karena kami tidak mau vaksin ulang di RS Harapan Bunda," ujar August.