Liputan6.com, Jakarta - Erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara beberapa waktu lalu, menyebabkan sejumlah warga tewas terkena awan panas dan lahar dingin. Resiko ini bisa kembali terjadi karena zona merah alias zona bahaya Gunung Sinabung masih kerap dilanggar.
Pengawasan ketat zona merah oleh aparat diterobos warga dengan alasan sumber nafkah mereka ada di di kawasan berbahaya.
Advertisement
Gunung api di dataran tinggi Karo, Sumatera Utara, kembali meletus sejak Mei tahun lalu. Erupsi gunung dengan ketinggian 2.451 meter ini membuat geger karena menyebabkan sejumlah orang tewas.
Desa Gamber salah satu desa terparah yang dihajar Gunung Sinabung. Kondisi desa Gamber Pasca-terjangan awan panas seperti desa mati, hanya telihat rumah-rumah yang tertutup abu vulkanik serta puing-puing rumah yang terbakar.
Selain itu, abu vulkanik Gunung Sinabung juga menyerang Kota Brastagi. Hal ini sangat membahayakan karena jarak pandang jadi sangat terbatas. Perkebunan di daerah ini juga banyak yang tertutup abu sehingga berpotensi menyebabkan gagal panen.
Material vulkanik yang dilepaskan Gunung Sinabung hingga kini sulit diprediksi, hal ini menyebabkan kawasan yang berdekatan dengan gunung api ini masih sangat beresiko.
Bahaya dari erupsi Gunung Sinabung juga menyebabkan warga harus mengungsi. Begitu pula anak-anak yang ikut menjadi korban. Buat anak-anak, kebahagian bisa berkumpul dan bermain bersama teman-teman menjadi penghibur kala hidup di tempat pengungsian.
Kebutuhan logistik di pengungsian menjadi sangat krusial karena belum dipastikan kapan situasi akan normal kembali. Badan Nasional Penanggulangan Bencana terus memasok kebutuhan logistik bagi para pengungsi. Para pengungsi pun pasrah dalam ketidakpastian.
Melihat kondisi Gunung Sinabung yang tidak stabil, sejumlah warga yang tinggal di sekitar kaki gunung mendirikan gubug seadanya yang sangat tidak layak dijadikan tempat tinggal.
Problem yang timbul di kawasan bencana memang tak mudah memecahkannya. Butuh kerjasama pihak pemerintah, aparat negara, pihak sukarelawan dan juga warga untuk mengurai satu persatu persoalan melalui manajemen daerah bencana yang terukur sehingga korban di daerah bencana bisa tertangani dengan baik dan benar.
Simak kisah selengkapnya dalam tayangan Sigi SCTV edisi Sabtu (16/7/2016) di bawah ini: