Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu 16 Juli 2016 mengumumkan bahwa pemerintahannya berhasil mengontrol situasi atas upaya penggulingan dirinya.
Beberapa petinggi militer mencoba mengambil alih pemerintahan pada Jumat 15 Juli 2016 lalu. Namun, kurang dari 24 jam setelah malam penuh kekerasan, pemerintah mengklaim bahwa situasi telah aman.
Dilansir Liputan6.com dari CNN Minggu (17/7/2016), Erdogan disambut rakyat Turki karena berhasil memedam kudeta.
"Kalian tahu bagaimana kalian bisa ke lapangan?" tanya Erdogan kepada para pendukungnya.
"Justru karena kalian semualah yang berangkat ke lapangan yang mampu menghancurkan rencana mereka. Dan hingga beberapa minggu ke depan, kita harus pertahankan solidaritas ini, kita harus konsisten berada di sini," lanjut Erdogan.
"Situasi negara telah berangsur pulih dan 'siap kembali bekerja'. Kami telah menahan banyak jenderal dan kolonel. Namun siapapun di luar sana yang ingin kembali menghancurkan Turki, mari kita berdoa dan berusaha tidak terjerumus oleh rencana mereka."
Kerusuhan melanda kota Ankara dan Istanbul tatkala militer mengerahkan tank-tank di jalan. Mereka juga 'menerjukan' pasukannya memblokade Boshphorus Bridge.
Militer lewat radio pemerintah TRT meminta negara dalam keadaan darurat karena pemerintahan telah kehilangan legitimasi.
Namun, percobaan kudeta itu kehilangan momentum setelah Erdogan memutuskan kembali dari liburannya di Marmaris. Sayangnya, puluhan telah tewas sebelum ia berhasil memadamkan kerusuhan.
Tapi upaya kudeta militer Turki kehilangan momentum setelah Erdogan kembali dari liburan di resor tepi laut Marmaris. Pada saat ia kembali muncul setelah jam keheningan, puluhan meninggal.
Kantor perdana menteri mengatakan 161 warga sipil dan setidaknya 20 komplotan kudeta tewas.
Dari hampir 200 kematian, sebagian besar petugas polisi tewas dalam baku tembak dengan helikopter di dekat kompleks parlemen di Ankara, NTV melaporkan. Bangunan rusak dan 1.140 orang terluka.
Setidaknya 2.839 perwira militer ditahan, ujar seorang sumber di kantor presiden. Kantor kepala jaksa penuntut umum mengatakan menahan hampir 200 pejabat Pengadilan Turki, seperti dilaporkan Anatolian News Agency pada Sabtu.
Para pejabat itu termasuk 140 anggota Mahkamah Agung dan 48 anggota Dewan Negara, salah satu dari tiga pengadilan tinggi Turki.
Minta Suaka ke Yunani
Juru bicara pemerintah Yunani Olga Gerovasili mengatakan sebuah heli Turki membawa 8 orang tiba di negerinya. Mereka meminta suaka politik atas apa yang telah mereka lakukan.
Terkait pernyataan itu, Menlu Turki Mevlut Cavusonglu memita agar para 8 tentara pengecut untuk menyerahkan diri.
Kendati demikian, pemerintah Yunani tidak serta merta mengusir 8 orang itu.
"Para pencari suaka politik itu akan ditelaah lebih lanjut sesuai hukum Yunani dan internasional," ujar Menlu Yunani Nikos Kotzias.
Advertisement