Liputan6.com, Pennsylvania - Fethullah Gullen ulama yang berada di pengasingan, menyalahkan presiden Recep Tayyip Erdogan karena dia penyebab kudeta itu sendiri. Gullen menuding, kekecewaan anggota militer Turki dirancang sendiri oleh pemerintah.
Dalam sebuah wawancara pada Sabtu 16 Juli lalu, di Pennsylvania, Gullen menolak segala tuduhan kalau ia adalah dalang kudeta militer di Turki. "Saya tak percaya kalau dunia percaya segala tudingan yang dibuat oleh Presiden Erdogan," kata Gullen.
Advertisement
"Justru ada kemungkinan kudeta itu adalah rancangan pemerintah sendiri untuk menuduh lebih jauh bahwa saya dan kelompok pendukung saya adalah pelakunya," lanjutnya.
Gullen, adalah pemimpin dari gerakan rakyat yang disebut Hizmet dan kelompok yang menuding skandal korupsi Presiden Erdogan pada 2013. Menurut survei, 10 persen rakyat Turki mendukung kelompok itu.
Pria kelahiran 27 April 1941 itu berada di Pennsylvania, Amerika Serikat pada tahun 1999, setelah serangkaian tensi politik menderanya di Turki.
Ia sendiri menolak segala intervensi militer di pemerintahan. Gullen mengatakan, secara pribadi ia menderita setelah serangkaian kudeta tahun 1990-an di Turki.
"Setelah beberapa kudeta di Turki tahun 1990-an di Turki, saya merasakan banyak tekanan dan penahanan. Saya menderita berbagai bentuk penderitaan dan perlakuan kejam. Sekarang, Turki sudah menuju jalan demokrasi, jangan pernah kembali lagi ke masa-masa suram itu," beber Gullen di rumahnya seperti dilansir The Guardian, Minggu (17/7/2016).
Ketika ditanya apakah Gullen bersedia kembali ke Turki, ia menjawab, "tentu saja. Saya rindu kampung halaman. Tapi ada yang namanya faktor penting, yaitu kebebasan. Di sini, saya jauh dari permasalahan politik di Turki, saya hidup dengan kebebasan saya."
Di pengasingannya, Gullen tinggal di area Poconos, Pennsylvania. Kehidupannya sederhana jauh dari bayangan seorang konspirator. Ia tinggal di rumah kecil bertingkat dua. Ada aula kecil di ruang tamunya, di mana para pengunjung bisa mendengar ceramahnya. Sebuah foto Istanbul dipajang di dinding.
Di sebuah ruangan, terdapat ruangan 'olahraga'. Ada treadmill serta tempat tidur medis yang dilengkapi dengan monitor jantung.
Di luar halaman, terdapat bilik berisi penjaga. Menurut Alp Aslandogan, penasihat media untuk Gullen mengatakan keamanan semakin meningkat setelah serangkaian ancaman bertubi-tubi di media sosial.
Menurut Aslandogan para wartawan yang diundang datang ke rumah Gullen dilarang mengambil gambar para penjaga serta pekerja di rumah itu.
"Keluarga mereka di Turki akan mendapat ancaman kalau foto mereka terpapar, jadi tolong jangan ambil foto mereka."
Tak jauh dari rumah Gullen , terdapat sekolompok orang Turki warga AS berdemonstrasi dengan membawa bendera Turki.
"Dia adalah Osama bin Laden kedua yang tengah dibuat oleh AS, dan negara ini turut membantunya," kata seorang pengunjuk rasa.
Pengunjuk rasa lainnya berteriak, "para senator AS mendapat uang darinya."