Liputan6.com, Karachi - Model seksi media sosial Qandeel Baloch tewas dibunuh saudara laki-lakinya sendiri. Polisi mengatakan, ayah Baloch, Mohammed Azzem, kini tengah membuat tuntutan hukum kepada anak laki-lakinya, Waseem Azzem.
Azzem senior juga menuntut anak laki-lakinya yang lain -- seorang tentara-- yang disebut-sebut sebagai otak perencana pembunuhan model seksi Pakistan itu.
Waseem berada di rumah keluarga di Multan, ketika Baloch, yang nama aslinya Fauzia Azeem tewas di tangannya.
Kedua anak laki-laki Azeem senior kabur setelah membunuh model seksi itu.
Polisi berhasil menangkap Waseem. Di depan awak media, ia menutup wajahnya dan mengatakan ia membunuh adiknya untuk kehormatan dan tak menyesal sama sekali. Demikian dilansir Liputan6.com dari Aljazeera, Minggu (17/7/2016).
Baloch membuat 'perpecahan' opini di Pakistan --yang masih sangat konservatif-- dengan membuat pernyataan tentang pemberdayaan perempuan. Ia kerap kali menggunakan pakaian non tradisional dan 'terbuka'.
Karier perempuan yang disebut-sebut Kim Kardashian Asia Selatan itu bermula dari audisi Pakistan Idol. Tak lama kemudian, ia memposting pose dan gaya serta video tentangnya di media sosial.
Kasus pembunuhan 'demi kehormatan' itu membuat publik Pakistan marah.
Sharmeen Obaid Chinoy, pemenang Oscar dari Pakistan mengatakan serangan pembunuhan 'kehormatan' itu menjadi epidemik di negerinya.
"Aku benar-benar terguncang atas kematiannya. Para aktivis HAM Pakistan harusnya berteriak lantang tentang pembunuhan atas nama kehormatan ini. Ini epidemik! Tak hanya di desa, namun terjadi juga di kota yang aku harapkan masyarakatnya lebih terbuka," ujar Chinoy geram.
Chinoy juga mengharapkan undang-undang anti-pembunuhan atas nama kehormatan segera disahkan.
Fasi Zaka, penyiar radio di Pakistan mengatakan Baloch bukan sekedar 'Kim Kardashian' semata.
"Dia adalah orang paling terbuka dan jujur... ia lebih dari sekedar Kim Kardashian yang menampilkan lekuk tubuhnya, ia adalah perempuan yang melawan norma-norma sosial yang sangat merendahkan perempuan," ungkap Zaka.
Mufti Naeem, seorang konservatif dan ulama yang vokal juga tak setuju dengan pembunuhan itu.
"Hidupnya itu urusan dia. Namun membunuh itu jelas haram. Saudara laki-lakinya harus dihukum berat. Kita tak boleh lagi memiliki hukum pembunuhan atas nama kehormatan," beber Naeem.
Aktivis perempuan Natasha Ansari juga meminta media Pakistan lebih memperhatikan nilai berita saat menulis tentang kematian pembunuhan 'demi kehormatan'. Bagi Ansari, sudah seharusnya pers mendukung korban.
Advertisement