Liputan6.com, Ankara - Malaysia Airlines telah mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan klaim kerusakan kepada banyak korban pesawat MH17, yang ditembak jatuh di atas timur Ukraina dua tahun lalu. Informasi itu disampaikan oleh pada hari Minggu 17 Juli 2016, oleh kantor berita nasional Belanda, NOS.
NOS mengutip Veeru Mewa, mengutip Reuters, Senin (18/7/2016), seorang pengacara yang mewakili korban Belanda.
Advertisement
Pengacara yang mewakili keluarga dari 196 korban Belanda telah mengatakan pada hari Minggu bahwa mayoritas telah mencapai kesepakatan dengan Malaysia Airlines untuk kompensasi.
"Pembicaraan masih berlangsung untuk sisa kerabat korban," ucap pengacara Amsterdam berbasis' Veeru Mewa, mewakili keluarga 165 korban Belanda.
Berdasarkan Konvensi Montreal, maskapai penerbangan harus membayar ganti rugi --di luar asuransi -- hingga sekitar 130.000 euro atau sekitar Rp 1,8 miliar untuk keluarga korban, terlepas dari keadaan kecelakaan.
Pada Minggu 17 Juli adalah batas waktu di bawah Konvensi Montreal 1999, yang memungkinkan keluarga korban untuk memulai klaim terhadap penerbangan selama dua tahun.
James Healy-Pratt dari firma hukum yang berbasis di London mewakili sekitar 30 keluarga, mengatakan 85 persen dari klaim terhadap Malaysia Airlines telah diselesaikan secara rahasia.
"Enam klaim sudah diputuskan Pengadilan Tinggi Malaysia di Kuala Lumpur," kata Pratt.
Selain itu, tuntutan hukum juga telah diajukan terhadap separatis dan pendukung mereka.
BBC juga memberitakan, sejauh ini media Belanda melaporkan belum ada rincian lebih lanjut terkait ganti rugi tersebut. Kedua belah pihak, baik keluarga korban dan maskapai penerbangan Malaysia Airlines telah sepakat untuk menjaga rahasia.
Acara Peringatan 2 Tahun Tragedi MH17
Sementara itu, sebuah upacara peringatan digelar untuk mengenang para korban pada Minggu 17 Juli di dekat Schiphol, Belanda.
Sementara itu, Daily Mail melaporkan, sekitar 60 orang berkumpul di lokasi kecelakaan di Desa Petropavlivka, membawa bunga dan menyalakan lilin di alun-alun. Lokasi beberapa potongan tubuh dan barang-barang korban tersebar.
Beberapa anak-anak dari desa - masih dikuasai separatis pro-Rusia memerangi pasukan pemerintah pro-Barat - juga membawa pesawat kertas untuk mengenang anak-anak tewas dalam jatuhnya jet.
Kepala Dewan desa, Natalia Voloshina, mengatakan: "Beberapa kerabat orang yang tewas menelepon kami dan meminta kami untuk menemukan hal-hal yang berharga bagi mereka, misalnya, mainan milik anak kapal."
Beberapa puing yang belum diserahkan kepada peneliti Belanda, ditumpuk di luar kantor Voloshina untuk menandai peringatan mengenang korban MH17.
Ratusan kerabat berkumpul di kota Belanda kecil Vijfhuizen, dekat dengan bandara Schiphol Amsterdam di mana pesawat itu berangkat. Monumen peringatan rencananya akan diresmikan tahun 2016.
Di sana, para pelayat menyanyikan lagu-lagu dan membacakan puisi serta nama 298 korban.
"Sudah waktunya untuk membiarkan matahari kembali bersinar," kata Evert van Zijtvelt, yang kehilangan anaknya Robert-Jan (18 tahun) dan putrinya Frederique (19 tahun) dalam tragedi tersebut.
Dalam peringatan tersebut, 298 bunga matahari pun terlihat -- mengenang lokasi kebun bunga matahari Ukraina tempat jasad MH17 tersebar.
Kepala Organisation for Security and Cooperation in Europe (OSCE), Ertugrul Apakan yang memantau di Ukraina mengatakan, bencana MH17 adalah bukti harga mahal yang harus dibayar warga sipil dalam konflik bersenjata.
"Mengenang mereka yang tewas adalah pengingat bagi kita semua atas perdamaian yang berharga dan kehidupan yang suci," kata Apakan dalam sebuah pernyataan.
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko bersumpah bahwa para pelaku tragedi ini harus dihukum. Otoritas separatis menyangkal tanggung jawab atas tragedi tersebut, mengatakan pasukan Ukraina yang harus disalahkan atas serangan itu.
Uni Eropa pada awal Juli secara resmi memperpanjang sanksi ekonomi atas Rusia selama enam bulan, karena kurangnya kemajuan dalam menyelesaikan konflik di timur Ukraina.
MH17 ditembak jatuh di atas wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia pada 17 Juli 2014. Menewaskan 298 orang di dalamnya, termasuk penumpang dan awak. Sebagian besar penumpang adalah warga negara Belanda.